Kamis, 22 Juni 2017

Sekerat Surat dari Masa Lalu

Dear Dinu,

Salam hangat dan manis yang paling untukmu. Semoga kau sedang berbahagia, sehat wal afiat dan segalanya 'on the track', seperti yang selalu kau harap dari dulu.

Ketika kau membaca ini, di satu hari yang acak, mungkin kau sudah berusia kepala empat atau lima atau enam. Tapi aku sangat yakin, kau masih, mmmh begitulah... seperti anak esde. Duh, maafkan soal menyebut seperti anak esde barusan ya? Maksudnya, kau masih dan akan selalu terlihat imut. Semoga saat itu, suamimu tidak lagi melulu protes dan berwajah masam dengan keimutanmu itu--ingat ketika ada berapa kali kau mencangklong tas punggung hijaumu lalu berjalan sendirian tanpa suami dan anakmu, sehingga disangka masih mahasiswi? Kukira itu takkan terjadi lagi, sebab tentunya meski kau masih imut dan awet muda, wajahmu mulai dihampiri garis-garis usia. Itu lumrah dan fitrah manusia bukan? Tak perlu ambil pusing. Yang penting, kau tidak lupa tersenyum bahkan kepada dirimu sendiri. Yang penting, kau bahagia. Dan barangkali, sekaranglah masa yang tepat untuk bahagia. Anak-anak tentunya sudah remaja, sudah cukup dewasa lah untuk bisa mengurusi keperluan dirinya sendiri. Semoga segala nilai kebaikan, tentang iman dan poin-poin kehidupan yang kau kabarkan masih dan terus mereka jaga hingga akhir hayat. Aamiin.

Dear Dinu,
Aku banyak berharap, kau tidak lagi sama, dalam beberapa hal saja tapi ya. Semisal tidak lagi panikan, tidak mudah resahan, tidak cepat gundahan. Tahu tidak, Dear? Terkadang soal hidup, kita hanya perlu menjalaninya saja. Tidak perlu memenuhi pikiran dengan segala kerumitan. Sungguh, kau butuh banyak dan lebih banyak lagi relaksasi. Menenangkan urat-urat, aliran darah, isi kepala yang kerap berontak meminta tempat. Terkadang soal hidup, Dear, adalah kematian, nyenyat, tanpa ingar bingar, tanpa keluh kesah, tanpa gelisah.

Dear Dinu,
Maafkan kata-kata barusan itu. Terdengar sok tahu, bukan? Sungguh, maksudku hanya ingin kau lebih tenang dan senang menjalani hidupmu. Oh, ya... dan berupa-rupa kisah di masa lalu, sudah biarkanlah, relakanlah, toh sudah terjadi, sudah berlalu. Saatmu untuk menatap masa depan.

Salam hangat dan sayang yang paling,
Darimu di masa lalu.

#7daysKF
For day 07

#NulisRandom2017
For day 22

#Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar