Tampilkan postingan dengan label Non-Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Non-Fiksi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Juni 2016

Uang Lagi, Lagi-lagi Uang

Ketika Si Miskin ditawari satu di antara dua pilihan: sekolah gratis atau uang tunai? Hampir semua memprekdiksikan bahwa ia akan lebih memilih uang. Mengapa demikian? Karena bagi dia hal yang penting detik itu adalah uang. Mana saat mendapatkan uang, dia dapat membeli hal-hal yang diinginkannya dan paling khusus, dia bisa membeli makanan: membuat perutnya kenyang. Sehingga dia tidak lemas, pun cemas mati kelaparan.

Karena pikirnya, bila dia memilih sekolah gratis, itu takkan berarti apa-apa. Tidak terlintas bahwa ilmu begitu penting, bahwa usai menamatkan pendidikan dia punya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan baik. Apa gunanya belajar jika perut dalam keadaan “terkapar”? Maka akhirnya, hal utama dan pertama adalah perut kenyang, tidak keroncongan.

Jadi, tak bisa dipungkiri di dunia ini semua perlu uang. Semua yang dimaksud meliputi semua insan dan semua sisi kehidupan. Tak ada uang? Jangan berkeinginan macam-macam! Barangkali seperti itu kurang lebih secara kasarnya. Maka dari itu, menilik contoh kasus di atas, ada baiknya kalangan lain yang minimal dalam sehari masih bisa makan tiga kali, plus dengan lauk pauk cukup menarik, mestilah lebih bersyukur dan bijak saat hendak “membuang” uang-uangnya.

Entah Anda seorang kepala keluarga, ibu rumah tangga atau bahkan masih seorang mahasiswa/i, kelolalah uang yang Anda punya. Bagi yang tiap bulannya rutin menerima gaji,  “setoran”, atau “honor”, begitu terima gaji segera pos-kan uang tersebut sesuai tujuannya. Maksudnya adalah sebelum uang Anda dihabiskan untuk beberapa hal, amankan terlebih dahulu untuk pengeluaran penting seperti membayar tagihan air-listrik; sewa rumah atau kamar; makan-minum sehari-hari; SPP sekolah anak, dan lain sebagainya.

Jadi, pastikan Anda mempunyai beberapa amplop ukuran sedang dan tuliskan beberapa pengeluaran rutin bulanan termasuk juga biaya tak terduga pada setiap amplop. Misalnya:

Amplop 1, tulisi untuk: gas, air gallon, beras.
Amplop 2                    : tagihan air dan listrik
Amplop 3                    : bensin
Amplop 4                    : SPP/iuran sekolah, tabungan anak
Amplop 5                    : belanja harian,

Dan seterusnya. Bisa lebih banyak atau kurang (diringkas, bahkan bisa jadi hanya satu amplop/tempat simpanan) sesuai pengeluaran Anda masing-masing. Lalu, pada tiap-tiap amplop tersebut, ambil contoh amplop “Belanja”, bila perkiraan setiap hari mengeluarkan 20.000 ribu rupiah, maka untuk sebulan Anda harus mengamankan 600.000 rupiah di dalamnya. Cara yang sama juga berlaku untuk amplop-amplop lainnya.

Lalu bagaimana bila penghasilan kita tak tentu? Tidak rutin sebulan sekali dapat uang, tidak seperti yang berstatus pegawai kantoran? Misal yang berprofesi sebagai ‘freelancer’? Entah itu penulis, editor, illustrator, atau lainnya. Dalam sebulan uang yang didapat bisa jadi lebih besar dari pegawai kantoran tadi, tapi di lain hari bisa juga lebih sedikit, hingga minim bahkan.

Pengelolaan uang kita tentu harus lebih ketat lagi. Peng”aman”an uang melalui sistem “pos”ing seperti di atas barangkali akan lebih sedikit jumlah amplopnya, bagi menjadi 2 atau 3 amplop saja barangkali. Buat satu amplop “EXTRA” untuk menyimpan uang berlebih dalam sebulan itu saat kita mendapat honor yang berlimpah atau lebih banyak dari biasanya. Ini dalam rangka mengantisipasi keadaan yang akan datang, saat honor-honor kita terlambat dibayar atau mungkin saat sepi orderan. Amplop extra ini bisa jadi berupa rekening tabungan di bank.

Pertama memperoleh “setoran”, bagi uang kita untuk setiap sepertiga bulan atau per minggu. Yang paling menjadi inti dalam situasi seperti ini, adalah kita harus konsistesten dengan keadaaan keuangan kita. Bila kita hanya memperoleh 500.000 rupiah, berarti setiap minggunya hanya boleh mengeluarkan 125.000 rupiah. Jangan tergoda untuk membeli benda-benda yang dapat menguras isi kantong.

Lalu bagaimana bila ternyata kurang? Bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian sekalipun? Ini berarti, kita harus mempunyai cadangan sumber penghasilan lain dari freelance tadi, yaitu kerja part time atau apapun sesuai kapasitas kita. Resiko yang harus ditepati adalah mengenai waktu tidur atau santai yang harus lebih banyak dikorbankan demi ketepatan menyelesaikan orderan-orderan tersebut. Sehingga terhindar dari hari kosong tanpa uang.


Semoga kita, Anda dan saya terhindar dari hari tanpa memiliki uang untuk ditukar dengan beras, minyak, buah, ikan ataupun cemilan. Semoga kita dihindarkan dari keadaan kefaqiran, sebab nasihat agama mengatakan itu dapat mendekatkan pada kekufuran. Amiin. Wallohu'alam.

Minggu, 06 Desember 2015

Aqidah dan Ibadah, Kado Terindah

[Resensi]  Pendidikan Anak usia Dini ala Luqman Al-Hakim


Judul Buku      : Pendidikan Anak Usia Dini ala Luqman Al-Hakim
Penulis             : Sinyo dan Nuraini
Penerbit           : Qibla, Imprint Bhuana Ilmu Populer
Terbit               : Februari 2015
Tebal                : 121 hal
ISBN   10          : 602-249-886-4
ISBN   13          : 978-602-249-886-5
Harga               : Rp. 38.000,-




Mendidik anak merupakan hal tyang susah-susah mudah. Sengaja memakai frasa ini, dengan harapan (dan tentunya sebagaimana yang Allah swt janjikan) sesudah bersusah-susah akan memanen kemudahan.

Buku yang ditulis oleh sepasang suami istri ini, tidak terlampau tebal, hanya 121 halaman. Namun, bahasan yang ditulis di dalamnya bisa dikatakan berbobot. Sesuai judulnya, buku ini memang bedasar atau bersumber pada ajaran Lukman Al-Hakim tyang namanya diabadikan dalam Al-Quran, pada satu surat khusus, "Luqman" (surat ke-31, terdiri dari 34 ayat).


Dilanjut langsung masuk ke tema aqidah pada ayat 13. Lalu tentang ibadah di ayat ke-17. Jadi dua hal inilah yang dikupas dalam buku “Pendidikan Anak Usia Dini ala Luqman Al-Hakim”.

Berdasar surat Luqman, di sana ada pula pembahasan akhlak. Seperti berbuat baik kepada kedua orangtua (ayat 14-15); larangan angkuh, sombong atau membanggakan diri (atyat 18-19).  Namun, dalam buku ini pembahasannya dibagi-masukkan ke poin aqidah dan ibadah. Ini justru dipaparkan runut di halaman awal-awal bersub-judul “Luqman Al-Hakim”. Padahal mungkin apabila soal akhlak ini dipisah dalam poin tersendiri, dapat dikupas dengan detil juga.


Pertama kali membaca judul buku ini,  saya berharap ada referensi lebih tentang sosok Luqman Al-Hakim. Seperti tentang kisah-kisah lain yang menceritakan hidup dan kehidupan Luqman Al-Hakim beserta keluarga. Sebab memang (di kalangan masyarakat) hampir jarang terdengar soal sejarah Luqman Al-Hakim secara jelas dan lengkap.


Bagaimanapun buku ini, dari segi isi, memiliki banyak ilmu . Bahkan,  meskipun soal utamanya adalah mengenai pendidikan atau parenting. Disebutkan pula dalam poin No. 1 “Hal Yang Perlu Dilakukan” di sub-judul aqidah yaitu berdoa sebelum melakukan hubungan suami istri. Satu hal tak kalah penting untuk memperoleh keberkahan dari Allah swt akan generasi penerus qurani.

Selain mengupas aqidah dan ibadah, ada pula sisipan di halaman-halaman terakhir, bertajuk “Kasus-kasus Unik”. Berisi tentang beberapa hal pada anak beserta pemecahan masalahnya (berdasar pada pengalaman mengajar Bu Nuraini di PAUD). Di antaranya seperti, sering menggigit, iseng/jail, melakukan tindakan kekerasan, tidak mau makan sayur hingga kasus yang masuk kategori ‘berkebutuhan khusus’, semisal terlambat bicara, terlambat toilet training, depol (gede ngompol), selalu ingin membawa boneka, dll.



Pada akhirnya, semoga buku ini dapat menjadi penerang dalam hal parenting dengan  ‘rasa’ berbeda bagi orangtua-orangtua di manapun berada. Aamiin.



Minggu, 08 Maret 2015

Resensi Buku “Keajaiban Senyuman”: Menghalau Singgung dengan Sungging


Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Menghalau Singgung dengan Sungging
Oleh: Dini Nurhayati


Judul buku : Keajaiban Senyuman
Penulis : Sri Widiyastuti
Penerbit : DAR! Mizan
Cetakan, tahun terbit : ke-1, Maret 2014
Kategori : Non-Fiksi Anak; 84 hal.; ilustrasi; 24 cm.


Kawan, apakah kau pernah merasa sulit untuk tersenyum? Berat menarik ujung-ujung bibir simetris ke kiri dan ke kanan? Apa sebabnya? Lalu, kira-kira kalau hati tengah dirundung sedih, apakah kau mampu tersenyum?

Senyum, satu kata sederhana yang terdiri dari enam huruf saja. Dan, bermula dari satu senyum sederhana, banyak hal akan berubah. Namun, semudah itukah? Mungkin tidak, mungkin iya. Lho, kok bisa? Karena ternyata manakala hati dan pikiran kita dipenuhi hal buruk atau hal negative, akan sulit sekali untuk tersenyum. (Duh!)

Tapi biasanya, bila hati sedang merasa tidak riang, lalu ada teman yang tengah merasa sedih lebih dibanding kita, pikiran yang bersinergi dengan tubuh akan bereaksi. Kita akan mencoba untuk tersenyum; memberi teman kita dorongan semangat. Mungkin karena berat, hal pertama yang otomatis dilakukan atau terjadi adalah kita akan menarik napas panjang, mengembusnya perlahan, setelah itu secara ajaib bibir pun dapat tersungging.

Efeknya bukan hanya pada teman saja, bahkan kita sendiri terkena efek positifnya. Tatkala kita tersenyum, ditangkap teman sehingga ia juga tersenyum, dan kembali pada kita. Sehingga senyum yang muncul tadi bisa lebih lebar lagi. Jadi, justru kita yang mendapat lebih energi positif itu. Tidakkah ini suatu hal yang menakjubkan? :)

Buku “Keajaiban Senyuman” ini memang bergenre non-fiksi anak. Namun, tema dan isinya yang disajikan ringan, asyik juga kok untuk dinikmati oleh pembaca selain anak-anak. Para orangtua, guru, atau kakak yang membacakan kepada adik, murid atau putra-putrinya yang masih balita.

Di dalam buku ini tersaji lima pokok judul, yaitu:

1. Apa, Sih, Senyuman? Berisi makna dari senyum.
2. Keajaiban Senyum. Di sini kita bisa temukan ragam kisah penuh hikmah, bermula dari tutur kata sopan dan seulas senyuman.
3. Seyum Tiket ke Surga. Bibir yang tersungging dapat mengantarkan kita ke surga? Ajaib ...
4. 10 Fakta Tersenyum; dan
5. Kata-kata Mutiara, yang berkaitan dengan senyum.

Pada masing-masing 5 judul tersebut ada beberapa sub tema lagi, yang juga mudah diresapi dan dipahami. Karena setiap tema terdapat pula bahasannya yang terbagi pada: paparan, ulasan hadis atau ayat Al Quran, inspirasi sahabat dan ‘Yuk, Ikuti Nabi’ yang berisi contoh kejadian dalam bentuk cerita super pendek atau cerita anak mini.

Meskipun judulnya ‘senyum’, tapi ternyata bisa meliputi banyak hal. Mulai dari pemaparan tentang sedekah, berbagi kebaikan sampai menyingkirkan pohon berduri yang menghalangi jalanan. Bahkan ada pula doa ketika menengok sahabat atau kerabat yang sakit. Sengaja dicetak dengan huruf berukuran lebih besar dari yang lain. Sehingga, memudahkan pembaca yang barangkali belum tahu untuk menghapalnya.

Di salah satu poin ‘inspirasi sahabat’ pada halaman 33, bahkan saya menitikkan air mata. Membaca kisah Rasulullah saw. bertemu seorang anak yang sendirian dan kesepian. Apa sebabnya, cari tahu saja ya, hehe. Banyak pula kisah lain yang dapat dipetik hikmahnya. Menumbuhkan rasa kasih sayang anak pada sesama teman sebaya, orang tua maupun pada orang lain, hatta itu kepada seorang ‘mbak’ yang membantu di rumah kita.

Pembaca juga disodorkan 10 fakta menarik seputar senyum. Salah satunya, ‘’Senyum Membuat Kamu Sehat”. Di poin ini, dijelaskan bahwa senyum dapat berfungsi sebagai sistem imunitas tubuh. Malah, menurut kajian, sakit flu dan batuk dapat hilang disebabkan tersenyum. Ada pula fakta lain berkaitan senyum yang menyebut istilah-istilah seru: endorphin dan serotonin. Apa pula itu? Temukan sendiri di buku “Keajaiban Senyum” ini ya ….


Nah, kebanyakan manfaat yang ditimbulkan dari seulas senyum, memang cenderung untuk kesehatan. Inilah sebabnya, Rasulullah saw pun menganjurkan kita agar menyempatkan menjenguk yang tengah diuji dengan sakit. Bukan soal membawa buah tangan atau lainnya seputar itu yang jadi hal utama. Akan tetapi supaya kita memberikan senyum, saling berbagi semangat dan aura positif kepada si sakit, sehingga rasa sakitnya dapat berangsur pulih lalu sembuh.

Tak sedikit bukan, cerita-cerita ringan tentang seorang yang sakit kemudian dijenguk, lalu sembuh. Ah, sekali lagi, hanya satu kata sederhana, senyum, dan dunia pun akan berubah, memang terbukti ya? Kalau semua orang di dunia tulus tersenyum, agaknya dunia pun akan berbalik tersenyum juga pada seluruh manusia. Dan hal-hal rumit bisa diatasi dengan mudah.

Satu elemen penting di buku ini yaitu font huruf yang variatif. Membuat mata pembaca—terlebih khusus untuk anak-anak—tidak cepat menjadi lelah. Tulisan atau huruf-huruf itu selang-seling berwarna-warni. Selain itu? Ah, tentu ilustrasinya pun menjadi daya tarik sendiri. Karena banyak bibir yang melengkung manis. Menyenangkan sekali. Eh, hampir terlupa, ada bonus juga yang terselip di buku ini. Stiker bergambar gadis cilik berkerudung dengan berbagai gaya senyum. Lucu deh!

Di halaman belakang juga, pembaca akan melihat foto penulisnya, Ummi Sri—begitu dia biasa dipanggil—tengah menyunggingkan senyum yang cantik sekali. Coba saja lihat, dan pembaca pasti jadi ingin pula tersenyum.

Hm, hanya ada satu yang teramat disayangkan di buku ini. Terletak di salah satu gambar atau ilustrasinya. Yaitu seorang bapak yang hendak minum, sedang memegang cangkir. Tapi dengan tangan kiri. Wah, misal dibacakan pada anak yang jeli dan kritis, harus berpanjang-panjang untuk menjelaskannya. Mungkin Kakak penyunting bagian layout terbalik saat memadukan gambar ini dengan bukunya, ya? Semoga di cetakan berikutnya bisa diperbaiki. Kita halau singgung dengan sungging ya? Salam santun, mari kita senyum. :)


[Keseluruhan: 5.823 cws.]


Sleman, 8 Maret 2015