Tampilkan postingan dengan label #GenLangitBiru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #GenLangitBiru. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 November 2017

Biru Langitku Cerah Masa Depanku


Sebab emisi pun polusi yang kadarnya sudah super tinggi sekali, bumi benar-benar dalam kondisi memprihatinkan. Hanya ada gedung-gedung sampah. Tanahnya gersang, tak terlihat rumput hijau barang sedikit juga. Apalagi pohon-pohon yang menjulang. Warna bumi menjadi dominan cokelat, hitam, kelabu, kelam dan kusam. Hijau saja tak ada, jangan tanyakan bebungaan merah, ungu, merah jambu, kuning dan lainnya. Pun termasuk langit biru. Sungguh tidak terdeteksi denyut kehidupan, kecuali suara mesin dari sebuah robot penggulung sampah yang tinggi tumpukannya serupa bangunan pencakar langit dan gedung-gedung tadi. Lalu, ke mana manusia? Mengungsi ke ruang angkasa. Hidup dan berkehidupan di dalam sebuah pesawat angkasa super besar.

Jika Sobat "ngeh", di atas itu adalah penggambaran kondisi dan situasi bumi yang sudah tidak bersahabat lagi dengan kehidupan manusia, di film garapan Disney bekerja sama dengan Pixar berjudul WALL-E.

Saya membayangkan jika semua itu sungguh terjadi, betapa mengerikannya hidup kita. Saking tak lagi aman untuk bernafas, tak lagi nyaman untuk kaki berpijak sampai-sampai manusia mesti terombang-ambing di ruang angkasa.

Bayangkan jika bumi kita seperti ini?

Global warming yang terus-terusan menghantam bumi, dan mengancam lapisan atmosfer ditambah manusia-manusia yang kurang peduli bahkan cenderung abai dengan semua pendukung penyebab hal tersebut, akan menjadi kombinasi yang benar-benar menyeramkan.

Kita sama-sama tahu ya, Sobat. Salah satu penyumbang polusi yang cukup besar adalah asap dari kendaraan bermotor. Lebih jelasnya adalah asap yang dihasilkan dari sisa pembakaran bahan bakar minyak untuk menggerakkan kendaraan. Belum lagi jika pengendara--seperti motor misalnya dan dari pengamatan sederhana saya ini yang paling banyak--memodifikasi knalpotnya. Ya, ampuuun bau dan bentuk asapnya semakin tidak keruan, kan? Dan pengendara di belakangnya hanya  bisa tutup hidung, tahan napas sambil tahan amarah juga, betul? Hehe.


Nah, Pertamina salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkonsentrasi di bidang energi bumi dan berposisi sebagai pemroduksi bahan bakar minyak, kembali berusaha untuk menyediakan bahan bakar minyak (BBM) yang lebih baik lagi dari produk sebelumnya. Lebih aman, lebih ramah lingkungan.

Melalui Proyek Langit Biru Cilacap, Pertamina mencoba mewujudkan targetnya. Nama Langit Biru digunakan sesuai tujuan yang hendak dicapai; mengupayakan BBM yang lebih ramah lingkungan sehingga kualitas udara lebih terjaga, lebih sehat dan langit negeri pun tetap biru. Salah satu misinya adalah meningkatkan kualitas BBM; mengganti BBM jenis Premium ke BBM jenis Pertamax. Sedangkan Cilacap merujuk pada Kilang Cilacap di Jawa Timur. Proyek ini bahkan sudah dimulai sejak 2015 silam.

Dan hasil baca-baca berita juga artikel nih, saya baru tahu jika untuk menghasilkan BBM dengan kualitas lebih oke, ada satu hal yang mesti diurus, ditaklukkan. Yakni, meningkatkan jumlah RON. Apaan sih RON itu? Yang pasti bukan si RON Weasley sohibnya Harri Pottah ya. Deeuuuh, kok ya nyambungnya bisa ke sana.

RON singkatan dari Research Octane Number, yaitu angka yang mempresentasikan ketahanan bahan bakar terhadap kompresi di dalam mesin, tanpa meledak sendiri. Thus, mesin dengan kompresi tinggi membutuhkan bahan bakar dengan nilai oktan yang juga tinggi. Supaya sesuai. Sebab, jika tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan sendiri bagi si mesin ke depannya. Asap sisa pembakaran yang dihasilkan pun jadi lebih buruk. Alhasil berpotensi lebih banyak merusak udara lingkungan.

Sebelum ini kita mengenal Premium yang juga dikenal dengan istilah RON 88. Sebutan tersebut artinya angka oktana yang terkandung dalam Premium sebesar 88. Bertahap Pertamina hendak meniadakan keberadaan Premium ini. Lalu, ditemukanlah Pertalite si RON 90-91. Bahan bakar berwarna hijau bening ini diklaim lebih aman dan ramah lingkungan dibanding Premium. Angka oktan yang terkandung juga lebih tinggi. Di atas Pertalite ada Pertamax, yang punya alias RON 92.






Proyek Langit Biru Cilacap

Sumber: Antara Foto

Apakah di antara Sobat ada yang sama bertanya-tanya juga? Mengapa proyek peningkatan kualitas BBM oleh Perta6mina ini berpusat di Kilang Cilacap? Begini ceritanya:

Indonesia sempat terpaksa mengimpor 50% dari total kebutuhan BBM, sebesar 1.6 juta barrel per hari. Pertamina merasa tidak mungkin jika kebutuhan BBM dalam negeri terus-terusan impor dari luar. Ditemukan solusinya adalah membuat kilang baru dan upgrading kilang-kilang existing (yang sudah ada). Lebih detil lagi, manfaat dari dua hal tersebut adalah:

1. Menjaga kedaulatan energi nasional. Jika tidak ada pembangunan kilang baru dan upgrading atau revitalisasi kilang lama untuk meningkatkan kapasitas kilang, ketergantungan impor BBM akan semakin besar. Ini tentu saja membahayakan kedaulatan energi nasional.

2. Mendorong perekonomian; menciptakan lapangan kerja. Pengadaan kilang baru maupun revitalisasi tentu membutuhkan banyak tenaga. Setidaknya 2000-an tenaga kerja diperlukan. Sehingga ini menjadi peluang adanya lapangan kerja.

3. Menghemat devisa negara. Hal ini otomatis berpengaruh pada nilai rupiah. Dengan membangun kilang baru dan revitalisasi--meskipun ini juga memerlukan biaya besar--diharapkan defisit neraca akan berkurang. Juga meredam pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Sumber: bumn.go.id

Nah, Kilang Cilacap termasuk ke dalam daftar proyek kedua, yakni kilang yang di-revitalisasi. Dalam proyek ini, Pertamina bekerja sama dengan Saudi Aramco. Dan alasan berikut ini memaparkan mengapa Kilang Cilacap yang dipilih.

1. Kilang Cilacap merupakan 1 dari 7 unit pengolahan (UP) di Indonesia yang memiliki kapasitas produksi paling besar, yaitu 348.000 barrel per hari.

2. Kilang Cilacap disebut sebagai Unit Pengolahan terlengkap. Mensuplai 34% kebutuhan BBM Nasional dan 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.

3. Kilang Cilacap ditargetkan Pertamina untuk menjadi kilang terbesar se-Asia Tenggara.


Semoga saja segala proyek Pertamina tersebut serta harapan-harapan yang melandasinya bisa lancar dan sukses, ya. Dan saya akan merasa bangga termasuk ke dalam Generasi Langit Biru. Sebab siapa yang tidak ingin lingkungan menjadi lebih bersih dan nyaman? Udara lebih segar? Kualitas hidup untuk masa depan juga lebih baik? Negeri tercinta lebih berdaulat? Kita semua tentu mengharapkan segala yang baik dan terbaik, bukan? Jika untuk kebaikan bersama tentu perlu kita dukung.

Lagipula, pihak Pertamina juga memiliki program bertajuk Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility). Sebagaimana yang dipaparkan di situs resminya. Bahwa, selaras dengan visi Pertamina sebagai perusahaan energi nasional kelas dunia, maka komitmen dan kepedulian Pertamina terhadap Tanggung Jawab Sosial merupakan kontribusi Pertamina secara maksimal terhadap masalah global yaitu Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development).

Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup 3 lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan (People, Profit dan Planet).

Sumber: www.pertamina.com

Dari berita terbaru, 4 November 2017 kemarin, Pertamina bekerja sama dengan Suaka Margasatwa Sindangkerta dalam program penangkaran satwa endemik, baru saja melepaskan Penyu Hijau (Chelonia Mydas), sebanyak 50 ekor dari 95 ekor. Dan banyak lagi program lainnya. Termasuk yang sudah berjalan lama adalah program beasiswa.

So, Sobat generasi milenium, kids zaman now sampai mamak-mamak zaman now semua, semoga kita bisa menjadi Generasi Langit Biru dengan turut berkontribusi melakukan kebaikan untuk sekitar, untuk lingkungan. Birunya langit kita, kan cerahkan masa depan kita dan generasi bangsa selanjutnya.[]


#GenLangitBiru

#KobarkanKebaikan
#PertaminaBlogdanVlogCompetition2017


*

Sumber tulisan:
1. www.pertamina.com
2. Www. wikipedia.com
3. Www.blogmechanical.com
4. www.kaskus.com
5. www.sikerok.com