Tampilkan postingan dengan label Local Brand Lebih Keren. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Local Brand Lebih Keren. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Oktober 2015

Kenapa Harus Malu? Local Brand Lebih Keren #SmescoNV


Seiring bergulirnya pasar global plus berkembangnya dunia (jaringan) internet, persaingan di dunia industri dan perdangangan juga semakin ketat. Akses memang lebih mudah dari sebelumnya. Namun kesulitan atau sebutlah tantangan pun lebih kompleks lagi.

Dari pengamatan sederhana saya, bangsa Indonesia yang masih masyhur dengan label ‘konsumtif’—terutama kaum hawa—kerap menjadi sasaran empuk pihak luar dengan produk-produk yang ditawarkan dan masuk ke dalam negeri. Lalu, seperti yang sama-sama kita ketahui famous brand itu menjadi ciri hingga fenomena sosial di sini. Beberapa di antara kita akan lebih merasa bangga dan percaya diri tinggi bila apa yang dikenakan mulai dari pucuk rambut hingga tumit beraroma kata-kata import, produk asal luar negeri, internasional, hingga keyword ‘dipakai artis holywood’.

Lalu, ke manakah produk nasional yang berakar dari produk lokal kita? Tanpa sepengetahuan atau informasi purna yang kita punya, ternyata banyak pekarya negeri yang asik berkreasi—sembari melekatkan kekhasan daerah, kemudian karyanya sampai berhasil diekspor ke luar negeri, menembus pasar internasional.

Nah, bagi saya itu baru keren. Akan tetapi, satu hal yang mesti pula diulik adalah bagaimana agar produk tadi bisa mendunia? Tentu ada proses, trial and failure mesti terjadi di awal-awal, tak dapat dihindari, itu lumrah.

Intermezzo sebentar, saya pernah mengawang-awang soal produk-produk luar yang sangat bergengsi. Begini isi pikiran saya: orang-orang sibuk mengincar satu produk luar, sebut satu misalnya sepatu, sementara peristiwa di belakang yang terjadi adalah, pihak luar itu membeli-mencari bahan mentah hingga setengah jadi yang berkualitas di negeri ini, dibawanya lalu diketok-magic di negaranya, setelah jadi, disebar (baca: dijual) kembali ke Indonesia tercinta, dengan harga aduhai. Dan saya menjadi geli sendiri dengan kemungkinan tersebut. Bukankah sebetulnya kualitas yang didapat pun dibangga-banggakan tadi berasal dari negeri sendiri? Tapi malah malu (atau kalaupun tetap ada bangga, kadarnya lebih susut dibanding memakai “punya orang” tadi), saat sandangnya hanya made in Kota Gede, misalnya.

Itu pula sesungguhnya PR yang mesti dipikirkan oleh kita (pemerintah, penyetok bahan mentah, perajin, pekarya dan semua personel/elemen penting terkait). Alih-alih mensukseskan usaha asing, mengapa tidak memberdayakan, meningkatkan kualitas usaha negeri sendiri? Duh, maaf, tentunya ini hanya pendapat saya yang seorang citizen pun netizen kelas teri. Tentu saya percaya, jika pemberdayaan itu ada dan terlaksana, barangkali pemerataannya yang lebih dieksekusi lagi. Hanya, saya kerap merasa ‘keram perut’ tiap mengetahui SDA negara dilirik pihak asing, lalu selanjutnya mereka olah-ubah dan lain sebagainya. Dan, kita sudah sumringah dengan ‘bayaran’ ala kadarnya.

Merek Boleh Lokal, Kualitas Internasional

Masih berkaitan dengan upgrading local brand. Menyebut frasa di atas saya teringat akan satu kabar tentang Bapak Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung. Soal aksinya bekerja sama dengan Perancis melalui cara “menjual” Kota Bandung untuk meningkatkan pembangunan Kota Bandung sendiri. Jadi, alih-alih berhutang ke pihak asing demi mendapat modal besar yang dibutuhkan untuk membangun Kota Bandung, teknik mendagangkan (atau bahasa pribuminya jualan) produk-produk kreatif yang asli made in Bandung digunakan. Istilah kerennya yaitu dengan konsep Public Private Partnership (PPP). Yang mana akan ada satu lokasi di Perancis sebagai prototype Kota Bandung bertajuk “Little Bandung”.

Dan, kerjasamanya pun diterima dengan baik alias ‘deal’ dengan didapatkannya lokasi untuk Little Bandung itu di Jalan Rue Montmarte, berkolaborasi dengan Cafe Djawa. Hal sama juga dilakukan ke Amerika Serikat, namun untuk sektor pariwisata.


Terpikir dalam benak, bila dalam cara sama namun detil berbeda, hal itu juga bisa dilakukan kota-kota lain yang punya produk kreatif khas daerah masing-masing. Barangkali kota-kota di luar negeri akan ramai juga dengan prototype kota-kota yang ada di Indonesia. Lagi-lagi tentu ada tahapan meningkatkan mutu barang yang akan dijual.


Usaha Kecil Menengah dan Smesco

Sejenak mari tinggalkan upaya memperkenalkan local brand satu kota di atas. Bersebab tingkatan usaha bermacam, bervariatif dan berjenjang saya juga tertarik untuk sedikit obrol-obrol tentang Usaha Kecil Menengah, termasuk di dalamnya yang berupa skala rumahan. Saya pribadi bukan orang bertangan dingin di bidang kerajinan tangan, karena entah, sempat belajar membuat rajutan dari benang wol untuk dijadikan ikat rambut dan bandana saja melulu gagal. Tapi, saya selalu senang bila melihat ada yang pandai di bidang ini, seperti kakak dan teman saya sendiri. Berhubung hanya bisa mengagumi saya sisipkan juga dalam tulisan ini sebagai dukungan bagi teman-teman yang berkreasi semisal berikut:




Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10206875570441636&id=1648398276






Lalu membaca tentang SMESCO saya otomatis mengingat mereka. Agaknya tak banyak yang tahu soal Smesco, tekhusus di gawean karya tingkat kecil. Jadi barangkali smesco bisa lebih mempromosikan lagi pelayanan profesional bagi mereka yang membutuhkan. Sesuai tujuan dari Smesco

Bagi teman dan kerabat yang belum mengenal, baru mendengar persis seperti saya, mungkin bisa sedikit tahu dari paparan di sini. Tentang Smesco dan program-programnya yang saya kutip langsung dari alamat web SMESCO.

SMESCO merupakan kepanjangan dari "Small and Medium Enterprises and Cooperatives", atau KUKM Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.


Smesco Indonesia Company (SIC) berdiri pada Maret 2007 dengan tujuan: untuk mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia kepada dunia Internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kami memberikan pelayanan profesional terbaik kepada seluruh mitra usaha kami baik lokal maupun asing.



Bisa dikatakan inilah program dan kegiatannya

  • Menyediakan sarana dan fasilitas pameran bagi KUKM
  • Mempromosikan dan memasarkan produk-produk unggulan Indonesia ke luar negeri melalui kegiatan Trading House
  • Melaksanakan kegiatan pelatihan bagi KUKM
  • Menampilkan produk-produk unggulan KUKM Indonesia di dalam gerai ritel UKM GALLERY
  • Sebagai pengelola gedung SMESCO INDONESIA yang menyewakan sebagian ruangan untuk area komersial seperti perkantoran dan sarana pendukung lainnya seperti Bank, ATM, Money Changer, Travel Agent, Mini Market, Restoran dan cafe.


Visi

Menjadi institusi profesional berskala internasional di bidang pemasaran produk - produk Koperasi dan UKM Indonesia yang mampu menjadikan SMESCO INDONESIA sebagai ikon pemberdayaan dan ikon industri kreatif KUKM.


Misi

Menjadi lembaga dengan layanan profesional yang memfasilitasi mitra usaha untuk menghasilkan produk-produk unggulan kelas dunia yang berkualitas tinggi dan mempromosikan Indonesia kepada mitra usaha lokal maupun internasional.


Saya harap yang tadinya malu dengan local brand,  bisa lebih percaya diri dibantu SMESCO, sehingga menjadi lebih keren.[]




Sleman, 20 Oktober 2015