Jumat, 06 November 2015

[Resensi] Braga siang itu: Tentang Birokrasi dan Lainnya


Judul Buku : Braga Siang Itu
Penulis       : Triani Retno A
Kategori     : Fiksi
Penerbit     : Sheila (Imprint Penerbit ANDI)
Cetakan     : 1, 2013

Masa lalu selalu menjadi hal paling rumit untuk dilupakan, lebih-lebih jika menyoal cinta. Dan cinta hampir sulit untuk dicerna bila bersinggungan dengan idealisme.

Begitulah Fei yang ingatannya selalu mengawang kepada sosok bernama Ben, tiap kali ia berada di Braga—salah satu ruas jalan di Kota Bandung. Meskipun, raganya tengah membersamai sesosok pria lain bernama Ron, seperti siang itu.

Fei selalu mencintai Braga. Namun Braga telah banyak berubah, sama seperti Ben. (Blurb) Barangkali itu juga berarti, Fei masih memiliki rasa terhadap Ben. Dan perubahan Ben mau tak mau menarik ulur juga perasaannya. Akan tetapi apa yang diucapkan Ron kemudian, kala mendengar Fei kilas balik bercerita tentang Ben—seorang mahasiswa yang identik dengan demonstrasi dan kemudian melejit menjadi politikus muda—membuatnya tersentak.

“Kamu tahu, Fei ... . Perempuanlah yang memainkan peranan di balik kesuksesan dan kehancuran itu.” (hal. 22)

Braga Siang Itu, dengan meminjam tokoh Ben, bagai hendak ‘mencontohkan’ betapa di tanah ini banyak yang mula-mula teramat gesit dengan idealisme tinggi melawan pemerintah dan birokrasinya, tapi luluh juga tatkala kemudian mereka ‘nyemplung’ di dalam birokrasi itu. Idealisme yang dulu berkobar, akhirnya padam pula bersebab harta dan tahta atau mungkin oleh hal lain lagi. Agaknya bukan satu dua kasus serupa terjadi di dunia nyata.

Fiksi yang berupa kumpulan cerpen ini berisi 15 cerpen. Dan seperti yang dituliskan di bagian kover belakangnya, berfokus pada perempuan. Hal tersebut bisa diraba-terka dari judul-judulnya: Bunda, Ibu yang Tak Pernah Ada; Sansevieria; Saat Malin Bertanya; Sarapan; Undangan; Suara; Ceu Kokom; Bunda Tak Tersenyum; Surat untuk Presiden; Merajut Hari; Hati yang Tak Kunjung Damai; Gunting dan Gigi.

Bila disimpulkan, selain berfokus atau menyorot sosok perempuan, kesemua cerpen tersebut juga lebih menonjolkan tema sosial untuk diusung.

Yang unik dan menarik, beberapa di antaranya merupakan cerpen yang pernah dimuat di media cetak; koran ataupun majalah. Bagi pembaca yang juga menggeluti dunia menulis, cerpen-cerpen yang terkumpul dalam “Braga Siang Itu” barangkali bisa juga dijadikan referensi.[]