Tampilkan postingan dengan label Lomba Blog. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lomba Blog. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 November 2017

Biru Langitku Cerah Masa Depanku


Sebab emisi pun polusi yang kadarnya sudah super tinggi sekali, bumi benar-benar dalam kondisi memprihatinkan. Hanya ada gedung-gedung sampah. Tanahnya gersang, tak terlihat rumput hijau barang sedikit juga. Apalagi pohon-pohon yang menjulang. Warna bumi menjadi dominan cokelat, hitam, kelabu, kelam dan kusam. Hijau saja tak ada, jangan tanyakan bebungaan merah, ungu, merah jambu, kuning dan lainnya. Pun termasuk langit biru. Sungguh tidak terdeteksi denyut kehidupan, kecuali suara mesin dari sebuah robot penggulung sampah yang tinggi tumpukannya serupa bangunan pencakar langit dan gedung-gedung tadi. Lalu, ke mana manusia? Mengungsi ke ruang angkasa. Hidup dan berkehidupan di dalam sebuah pesawat angkasa super besar.

Jika Sobat "ngeh", di atas itu adalah penggambaran kondisi dan situasi bumi yang sudah tidak bersahabat lagi dengan kehidupan manusia, di film garapan Disney bekerja sama dengan Pixar berjudul WALL-E.

Saya membayangkan jika semua itu sungguh terjadi, betapa mengerikannya hidup kita. Saking tak lagi aman untuk bernafas, tak lagi nyaman untuk kaki berpijak sampai-sampai manusia mesti terombang-ambing di ruang angkasa.

Bayangkan jika bumi kita seperti ini?

Global warming yang terus-terusan menghantam bumi, dan mengancam lapisan atmosfer ditambah manusia-manusia yang kurang peduli bahkan cenderung abai dengan semua pendukung penyebab hal tersebut, akan menjadi kombinasi yang benar-benar menyeramkan.

Kita sama-sama tahu ya, Sobat. Salah satu penyumbang polusi yang cukup besar adalah asap dari kendaraan bermotor. Lebih jelasnya adalah asap yang dihasilkan dari sisa pembakaran bahan bakar minyak untuk menggerakkan kendaraan. Belum lagi jika pengendara--seperti motor misalnya dan dari pengamatan sederhana saya ini yang paling banyak--memodifikasi knalpotnya. Ya, ampuuun bau dan bentuk asapnya semakin tidak keruan, kan? Dan pengendara di belakangnya hanya  bisa tutup hidung, tahan napas sambil tahan amarah juga, betul? Hehe.


Nah, Pertamina salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkonsentrasi di bidang energi bumi dan berposisi sebagai pemroduksi bahan bakar minyak, kembali berusaha untuk menyediakan bahan bakar minyak (BBM) yang lebih baik lagi dari produk sebelumnya. Lebih aman, lebih ramah lingkungan.

Melalui Proyek Langit Biru Cilacap, Pertamina mencoba mewujudkan targetnya. Nama Langit Biru digunakan sesuai tujuan yang hendak dicapai; mengupayakan BBM yang lebih ramah lingkungan sehingga kualitas udara lebih terjaga, lebih sehat dan langit negeri pun tetap biru. Salah satu misinya adalah meningkatkan kualitas BBM; mengganti BBM jenis Premium ke BBM jenis Pertamax. Sedangkan Cilacap merujuk pada Kilang Cilacap di Jawa Timur. Proyek ini bahkan sudah dimulai sejak 2015 silam.

Dan hasil baca-baca berita juga artikel nih, saya baru tahu jika untuk menghasilkan BBM dengan kualitas lebih oke, ada satu hal yang mesti diurus, ditaklukkan. Yakni, meningkatkan jumlah RON. Apaan sih RON itu? Yang pasti bukan si RON Weasley sohibnya Harri Pottah ya. Deeuuuh, kok ya nyambungnya bisa ke sana.

RON singkatan dari Research Octane Number, yaitu angka yang mempresentasikan ketahanan bahan bakar terhadap kompresi di dalam mesin, tanpa meledak sendiri. Thus, mesin dengan kompresi tinggi membutuhkan bahan bakar dengan nilai oktan yang juga tinggi. Supaya sesuai. Sebab, jika tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan sendiri bagi si mesin ke depannya. Asap sisa pembakaran yang dihasilkan pun jadi lebih buruk. Alhasil berpotensi lebih banyak merusak udara lingkungan.

Sebelum ini kita mengenal Premium yang juga dikenal dengan istilah RON 88. Sebutan tersebut artinya angka oktana yang terkandung dalam Premium sebesar 88. Bertahap Pertamina hendak meniadakan keberadaan Premium ini. Lalu, ditemukanlah Pertalite si RON 90-91. Bahan bakar berwarna hijau bening ini diklaim lebih aman dan ramah lingkungan dibanding Premium. Angka oktan yang terkandung juga lebih tinggi. Di atas Pertalite ada Pertamax, yang punya alias RON 92.






Proyek Langit Biru Cilacap

Sumber: Antara Foto

Apakah di antara Sobat ada yang sama bertanya-tanya juga? Mengapa proyek peningkatan kualitas BBM oleh Perta6mina ini berpusat di Kilang Cilacap? Begini ceritanya:

Indonesia sempat terpaksa mengimpor 50% dari total kebutuhan BBM, sebesar 1.6 juta barrel per hari. Pertamina merasa tidak mungkin jika kebutuhan BBM dalam negeri terus-terusan impor dari luar. Ditemukan solusinya adalah membuat kilang baru dan upgrading kilang-kilang existing (yang sudah ada). Lebih detil lagi, manfaat dari dua hal tersebut adalah:

1. Menjaga kedaulatan energi nasional. Jika tidak ada pembangunan kilang baru dan upgrading atau revitalisasi kilang lama untuk meningkatkan kapasitas kilang, ketergantungan impor BBM akan semakin besar. Ini tentu saja membahayakan kedaulatan energi nasional.

2. Mendorong perekonomian; menciptakan lapangan kerja. Pengadaan kilang baru maupun revitalisasi tentu membutuhkan banyak tenaga. Setidaknya 2000-an tenaga kerja diperlukan. Sehingga ini menjadi peluang adanya lapangan kerja.

3. Menghemat devisa negara. Hal ini otomatis berpengaruh pada nilai rupiah. Dengan membangun kilang baru dan revitalisasi--meskipun ini juga memerlukan biaya besar--diharapkan defisit neraca akan berkurang. Juga meredam pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Sumber: bumn.go.id

Nah, Kilang Cilacap termasuk ke dalam daftar proyek kedua, yakni kilang yang di-revitalisasi. Dalam proyek ini, Pertamina bekerja sama dengan Saudi Aramco. Dan alasan berikut ini memaparkan mengapa Kilang Cilacap yang dipilih.

1. Kilang Cilacap merupakan 1 dari 7 unit pengolahan (UP) di Indonesia yang memiliki kapasitas produksi paling besar, yaitu 348.000 barrel per hari.

2. Kilang Cilacap disebut sebagai Unit Pengolahan terlengkap. Mensuplai 34% kebutuhan BBM Nasional dan 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.

3. Kilang Cilacap ditargetkan Pertamina untuk menjadi kilang terbesar se-Asia Tenggara.


Semoga saja segala proyek Pertamina tersebut serta harapan-harapan yang melandasinya bisa lancar dan sukses, ya. Dan saya akan merasa bangga termasuk ke dalam Generasi Langit Biru. Sebab siapa yang tidak ingin lingkungan menjadi lebih bersih dan nyaman? Udara lebih segar? Kualitas hidup untuk masa depan juga lebih baik? Negeri tercinta lebih berdaulat? Kita semua tentu mengharapkan segala yang baik dan terbaik, bukan? Jika untuk kebaikan bersama tentu perlu kita dukung.

Lagipula, pihak Pertamina juga memiliki program bertajuk Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility). Sebagaimana yang dipaparkan di situs resminya. Bahwa, selaras dengan visi Pertamina sebagai perusahaan energi nasional kelas dunia, maka komitmen dan kepedulian Pertamina terhadap Tanggung Jawab Sosial merupakan kontribusi Pertamina secara maksimal terhadap masalah global yaitu Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development).

Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup 3 lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan (People, Profit dan Planet).

Sumber: www.pertamina.com

Dari berita terbaru, 4 November 2017 kemarin, Pertamina bekerja sama dengan Suaka Margasatwa Sindangkerta dalam program penangkaran satwa endemik, baru saja melepaskan Penyu Hijau (Chelonia Mydas), sebanyak 50 ekor dari 95 ekor. Dan banyak lagi program lainnya. Termasuk yang sudah berjalan lama adalah program beasiswa.

So, Sobat generasi milenium, kids zaman now sampai mamak-mamak zaman now semua, semoga kita bisa menjadi Generasi Langit Biru dengan turut berkontribusi melakukan kebaikan untuk sekitar, untuk lingkungan. Birunya langit kita, kan cerahkan masa depan kita dan generasi bangsa selanjutnya.[]


#GenLangitBiru

#KobarkanKebaikan
#PertaminaBlogdanVlogCompetition2017


*

Sumber tulisan:
1. www.pertamina.com
2. Www. wikipedia.com
3. Www.blogmechanical.com
4. www.kaskus.com
5. www.sikerok.com

Selasa, 10 Oktober 2017

Dengan Lactacyd Baby Herpes pun Pergi!



Sejak lahir, begitu keluar dari Rumah Sakit Ibu Anak, Kaizen tinggal sementara di rumah neneknya. Lalu, saat dia berusia sekitar 6 bulan, kami pun pindah. Dua minggu pertama semua baik-baik saja. Setelah itu, mulailah terjadi gangguan pada kulit bayi laki-laki kami. Kaizen terkena herpes! Ada dua bulatan merah kehitaman di lengan kanannya. Saya sebagai ibunya otomatis jadi merenungi sesuatu. Ah, iya, rumah yang kami tempati ini komplek perumahan baru dan sumber airnya berasal dari sumur atau tanah. Langsung saja saya mencurigai jika Kaizen tidak cocok dengan air yang ada. Iya, sepertinya kulitnya sensitif. Terlebih bertemu hawa Cirebon yang saat itu tengah panas dan lembab.


Saya coba beberapa produk untuk mengobati herpesnya. Ditambah, belum juga soal herpes ini teratasi dia terkena ruam popok. Duuh! Sedih sekali melihatnya terganggu dengan dua hal tersebut. Berhubung herpes ada di lengannya, praktis dia tidak bisa berbuat apapun. Tapi tangannya bisa meraih pinggang dan—maaf—pantatnya yang terkena ruam popok. Tangan mungil itu tak bisa tahan untuk tidak menggaruknya. Saya yang hanya melihatnya saja merasa gramat-gremet di hati. Herpes dan ruam popoknya bahkan menguarkan hawa panas. Pantas baby Kaizen tak tahan.



Akhirnya melalui jaringan pesan pribadi saya tanya-tanya pada seorang teman, sesama ibu muda juga (uhuk), saya perlihatkan padanya foto lengan Kaizen yang terkena herpes. Di balasan berikutnya, teman saya tersebut segera menyebut Lactacyd Baby Liquid Soap. Segera juga saya meminta tolong pada suami yang hendak keluar agar mampir ke apotek untuk membeli Lactacyd Baby.

Begitu sudah di tangan, saya baca semua tulisan dan petunjuk yang tertera dalam kemasan. Bagaimana cara menggunakan Lactacyd Baby ini? Ternyata mudah. Saya siapkan air hangat dalam ember untuk Kaizen mandi. Lalu diberi sekitar 3-5 tetes Lactacyd Baby. Saya juga mengambil seujung jari untuk langsung diusap-usapkan serta digosokkan dengan lembut pada herpes dan ruam popoknya. Bagian badan lainnya juga saya usap dengan air ber-Lactacyd Baby tadi. Bahkan kepala pun tak ketinggalan. Setelah itu saya bilas dengan air hangat biasa.

Herpes yang meski kecil bikin gemes


Sebab tidak pedih di mata, Kaizen pun nyaman-nyaman saja, meski bershampo Lactacyd Baby. Wanginya pun lembut dan natural. Sesuai petunjuk dalam kemasan saya gunakan Lactacyd Baby ini sebagai pengganti sabun. Jadi setiap kali mandi memakai Lactacyd Baby sebagai sabun bahkan shampo-nya.



Wah, Alhamdulillah setelah sekian hari rutin, herpes di lengan Kaizen hilang tak berbekas. Bentol-bentol kecil di pinggang sebab ruam popok pun sembuh. Kulitnya kembali sehat, bersih dan putih. ^^



Rahasia Kulit Bayi Tetap Sehat, Mengapa Lactacyd Baby?

Lactacyd Baby merupakan brand internasional yang sudah terpercaya untuk menjaga kulit bayi dari iritasi ringan. Bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi pun dipilih yang alami. Bahan utamanya saja hanya air.

Kandungan alami dari ekstrak Susu serta formulasi dengan pH yang sesuai dengan kebutuhan kulit bayi. Fakta menyebutkan jika kadar pH kulit bayi ternyata lebih tinggi dari kulit orang dewasa. Yaitu sekitar 6-7. Sementara kulit dewasa memiliki pH antara 3-4. Jauh berbeda ya? Sebab inilah, juga sebab tekstur kulit bayi yang teramat halus, lembut dan masih cenderung rapuh, merawat kulit bayi tidak bisa dengan sembarang produk dan bahan.

Bagi yang memiliki alergi terhadap susu sapi tak perlu khawatir. Sebab alergi hanya akan terjadi bila dikonsumsi. Sedangkan produk Lactacyd Baby ini untuk pemakaian luar.

Lactacyd Baby tidak mengandung detergen. Sehingga tidak menghasilkan busa sebagaimana sabun kebanyakan. Aroma Lactacyd Baby pun berbeda dengan sabun, karena memang tidak mengandung parfum ataupun pengharum kimia.

Oleh karena semua itulah, Lactacyd Baby telah teruji secara dermatologi dan dapat digunakan setiap hari. Semua momies yang pernah menggunakan produk dari PT. Aventis Pharma yang satu ini pasti telah membuktikannya.

Terbukti, kemarin Kaizen saja tidak mengalami alergi atau efek samping membahayakan setelah memakai Lactacyd Baby meski setiap hari. Jadi memang insya Allah aman ya Momies. Justeru dengan Lactacyd Baby, si herpes pun pergi! Alhamdulillah. :)





Cirebon, Oktober 2017

Selasa, 27 Oktober 2015

So Happy Kalau Dapat Souvenir Begini

Bismillah.

Assalamu'alaikum, Sobat!

Cuap-cuap kali ini tentang pernikahan, Wabil khusus tentang souvenirnya. Tapi mungkin sambil sekalian saya tumpah-ruahkan sesuatu yang lain, yang belum tahu apaan itu, kita saksikan nanti ya :D

Sobat, pengen tahu nih, coba siapa yang belum pernah kondangan? Aww, istilahnya merakyat sekali, tho? Agaknya bagi yang sudah hidup di dunia sekitar 20+ pasti mengalami lah, entah cuma sekali.

Nah, apa yang asik dan seru dari acara kondangan coba?

Yup! Kamu betul, deh. Iya, kamu, yang barusan teriak (dalam hati), "Makan-makannya!", tuh kan senyum. Aih, ndak usah malu, semua sama kok, sama dengan saya maksudnya. Makan gratis masa enggak mau. Hehe, duh ketahuan deh senengnya sama yang gretongan. Etapi, kan kita ngamplop, ya? #PwissAh ^^v


Tapi, Sob, kalau saya senang ini juga nih ... koleksi souvenirnya! Iya, dong, kan tulisan saya ini tentang "souvenir pernikahan", jadi pembahasan harus digiring ke arah situ. Hihihi, jujur lagi. Dan, di sinilah saya akan jelaskan soal judul tulisan di atas. Saya senang kalau pas kondangan souvenir yang diberikan sohibul hajat bisa saya gunakan, (bukan yang nantinya cuma diemut terus hilang di dalam perut), kepake alias bermanfaat. Dan barangkali semua acara hajat, khususnya pernikahan, masa kini "saling berlomba" untuk memberikan souvenir yang bermanfaat. Seperti beberapa contoh berikut dalam gambar.



punya
Contoh Souvenir Pernikahan (koleksi pribadi)

Sobat yang sedang merencanakan menikah, barangkali bisa menjadikan tulisan ini referensi kecil. ;) Begini, kalau menurut saya, souvenir yang ketika kita pulang dari acara walimahan (dan lain sebagainya) berdaya guna (istilah kerennya), bisa selalu kita pakai, mungkin akan ada pahala kebaikan juga yang mengalir ke penggelar acara atau shohibul hajat. Lebih-lebih kalau digunakan untuk hal kebaikan, misal kipas, bukan buat mentung lalat. Soalnya lebih mantap pakai sapu lidi. Ups.

Kipas, yang biasanya berjodo dengan udara panas :)


Jadi, meskipun itu sebuah benda yang ala kadarnya, bila tetap diniatkan berbagi manfaat, insya Allah sampai. Malah ada beberapa pengantin yang souvenir pernikahan mereka salah satunya berupa kumpulan doa pagi-sore eksklusif atau yang biasa disebut Al Ma'tsurat. Bahkan ada pula yang souvenirnya Al Quran ukuran sedang. Waaah, saya cuma bisa berdecak kagum, karena tentunya--tak dapat dipungkiri--ada rupiah lebih yang mesti dialokasikan. Dan, bagi saya itu sesuatu yang wonderful. Bayangkan bila Al Quran itu oleh pemiliknya nanti rajin dibaca? Sepasang pengantin dan jajaran sohibul hajat lainnya insya Allah terciprati juga pahala dari membaca Al Quran itu.



Sekian tahun lalu, saat hendak menikah, saya juga bercita-cita, untuk mengoleh-olehi para tamu undangan dengan souvenir pernikahan yang bermanfaat. Walau mungkin harga benda itu tidak seberapa, tapi tentu juga bukan yang tidak 'seberapa', he, maaf muter-muter. Sepertinya saya masih ingat benda-benda itu, semisal: sumpit, dompet kulit imitasi kecil, gunting kuku dan steples.



Kalau Sobat punya ketertarikan atau kecenderungan pada tema-tema tertentu bisa juga disisipkan. Contoh, waktu itu saya yang masih gandrung dengan semua hal berbau Jepang, ingin sekali ada satu dua benda yang mewakili ala Jepang. So desu ne ...



"Mau dong yang ala Jepang, apa gitu." Kurang lebih beginilah saat saya ngobrol dengan kakak pertama. Waktu nikahan saya, segala souvenir di-handle kakak. Dan dapatlah dia sumpit, bergambar orang bentuk kartun menggunakan kimono dengan huruf hiragana yang turut meramaikan. Aroma Jepang juga diwakili oleh dompet. Walau kalau tak salah lebih tepatnya dompet itu bernuansa Korea, sebab tulisan yang tersisip bukan hiragana melainkan hangul (betul begini bukan ya nulisnya?). Dompet tersebut sampai sekian bulan lalu masih bisa saya pakai. Untuk diisi uang misal mau ke warung, terkadang saya pakai untuk menyimpan flashdisk dan modem internet. Terasa sekali manfaatnya, awet pula, (berarti sekitar 4 tahunan umurnya, hwiii). Makanya, insya Allah tidak menyesal dengan memilih souvenir semacam ini. Juga terasa happy. Bahagia itu kan bisa karena hal-hal kecil. Seperti punya benda sederhana, tapi useful.



Well, itu sebagai contoh kecil saja dalam memilih souvenir bagi Sobat yang sedang dalam perencanaan menikah. Dari tema hingga warna bisa saja diserasikan. Barangkali Sobat bisa juga mencoba Souvenir Photobooth. Kalau dulu, saya belum mengenal tentang souvenir photobooth ini. Sepertinya belum marak alias booming, eh atau sayanya saja yang kudet, ya? He.



Memilih souvenir berupa gantungan kunci, kayaknya masih belum 'punah' ya, Sobat? Saya masukkan juga si ganci ini ke kelompok souvenir yang bermanfaat. Siapa sih, yang tidak kenal kunci. Kalau mau hitung pintu dalam satu rumah, antara 2 hingga 4 sih ada kali ya? Pintu depan, samping atau belakang terus pintu kamar. Kalau anak kosan setidaknya tentu kamarnya berpintu satu. Nah, pintu-pinu itu pasti berkunci. Dan, saya sepakat kalau misalnya ada hasil pollling (siapa yang kira-kira ngadain nih?) yang menyebut bahwa hampir setiap kunci butuh gantungan kunci. Soalnya kalau cuma kunci itu thok, gundul gitu, agak sulit untuk diidentifikasi keberadaanya. Kalau dicantolin ganci jadi ada ciri lah setidaknya. Ganci juga bisa untuk kunci motor. Siapa di Indonesia ini yang warganya tidak bermotor? Satu rumah minimal satu mesti ada deh. Terus, kalau motor kita sama dengan tetangga, pasti kuncinya sama juga dong. Nah, lagi-lagi si ganci selain jadi ciri juga sebagai pembeda, kalau tertukar. Misal pas ada kejadian nongkrong bareng, terus si kunci sama-sama tergeletak di tempat tongkrongan . Hehe, misal aja ini sih.



"Maaf, Pak, kunci saya yang gantungannya mobil-mobilan itu."
"Eh, iya ya, Mas? Maaf, maaf."


Percakapan di atas hanya ilustrasi lho, ya. Jangan menyangka kejadian sebenarnya yang saya alami. :)



Contoh Gantungan Kunci for souvenir


Nah, yang berikutnya yaitu gunting kuku. Tidak perlu saya berpanjang lebar kan ya, kegunaan dari gunting kuku ini. Terkadang keberadaannya bisa menggantikan posisi gunting. Khusus yang saya alami, seperti ketika perlu untuk melepas tali/benang (gantungan atau apa sih nama tepatnya) brand dan harga suatu priduk, saya sering ngandelin gunting kuku. Khusus saat dijadikan sebagai souvenir, si ganci ini biasanya dikreasikan sehingga lebih menarik. Jadi seperti di bawah ini misalnya. Lucu kan? ^^


Cutie Ganci



Souvenir berupa dompet, (seperti yang sempat disebut sebelumnya) boleh juga, Sobat. Seperti di bawah ini nih. Ini dompet home-hand made bila saya perhatikan. Terbuat dari kertas karton ketebalan sedang. Sisi karton yang akan menjadi bagian dalam dompet dilapisi kain puring tipis hitam, seperti untuk daleman tas. Sedang bagian luarnya dilapisi kain bercorak, yang ingin mengekspresikan kecintaan pada budaya Indonesia, bisa memakai kain yang bercorak batik, atau something ethnic. Pasangkan kancing, seru juga, nih. Aih, kok seolah saya yang buat ya, bisa memaparkan begini? Padahal ini hanya prakiraan. Berati sebetulnya saya juga bisa kali ya buat sendiri. (Oke, mimpi dulu sah-sah aja, kan?)



 



Pesta pernikahan barangkali bukan soal souvenirnya saja. Satu hal lain bagi sang penganting yang pasti adalah pengambilan gambar tiap-tiap momennya. Pasti tidak ada pengantin yang ingin precious time kala itu terlewat untuk diabadikan. 


Saya terlahir di Bandung, tapi waktu nikah di Cirebon. Terus adik-adik saya yang fotonya di bawah ini, tinggal (untuk bekerja) di Bandung, tapi juga resepsinya kemarin di Kuningan. So, what kitu? Hehe, kalau domisili Sobat di Bandung dan sekitarnya, ada Foto Wedding Bandung cenah. Sok atuhlah mangga dicobi. Happy happy days ya, Sob!



Doc. Litlle Brother's Wedding
Beberapa contoh souvenir di atas juga dari pernikahannya kemarin, he, :)



Teras ... (naha jadi berlanjut speaking Sundanese nya? Janten kangen Bandung, daa),spesial untuk Sobat yang sedang berencana, sedang menyusun ataupun masih sedang menabung untuk menikah nanti, mudah-mudahan dilancarkan. Barokalloh semuanya. Buat usahawan-usahawati yang khusus membidik tema pernikahan pun, semoga laris, lancar jaya, jaya baya, jaya kusuma, and so forth lah. Aamiin. Buat yang sudah menikah sekian atau sudah berbilang tahun juga semoga tetap asik, tetap manis, harmonis, romantis, kayak makan tahu petis di Pantai Parangtritis. Eiiisss. (Aminkan juga atuh dong. Beut rada maksa penulisna geuning, nya? Hihi ^^v)



Parantos ah. Cukup sekian, maaf dan terimakasih, khususnya untuk Teh Sintha, salam kenal (boleh ini teh panggil begini? Btw, nama belakangnya, nama ibu juga, hi). Ngiringan GA-na nya, Teh?


Permios. Adios amigos. :)

Wassalam.


=====================================
Post in Sleman, untuk:







Sabtu, 24 Oktober 2015

Nyubi Boleh Nyoba Go For It

Bismillah.


Mudah-mudahan bukan sekadar cuap-cuap, tapi tetap ada “sesuatu”-nya, ya? Aamiin.


Go, Nyubi! Go for it!


Jadi begini lho, Mba Winda a.k.a Emak Gaoel, saya baru mencoba untuk mengaktifkan lagi kegiatan nge-blog. Saat membuat blog ini berbulan lalu, tujuannya untuk ikut lomba resensi. Berhubung syaratnya harus posting di blog, lahirlah Kirana Winata. ^_^





Sebelum posting resensinya, saya tulisin yang lain-lain dulu dong ya? Some of remeh temeh gitu, deh.  Biar gak kentara banget motifnya, he. Dan, aih, Alhamdulillah salah satu resensi yang diikutkan berhasil lolos, jadi Juara Terbaik II. Usai lomba saya usahakan isi Kirana Winata ini dengan tulisan-tulisan. Walau tidak rutin, malah bisa dibilang jaraaang banget. Kalau ada lomba mengharuskan posting blog, dengan sendirinya blog ini terisi. Pas enggak ada, ya libur.  ^^v


Terus kemarin dari satu info lomba blog, terdorong penasaran saya iseng ketik “Lomba Blog 2015” di google. Terdamparlah saya di satu blog siapa gitu, duh lupa, maaf (dan terimakasih). Isinya info beberapa lomba, yang ternyata banyak dan hadiahnya huwaw (hehe).




Semua ditelusurilah. Nah, salah satunya ke Blog Emak Gaoel. Lucunya, karena di-mention teman, saya sudah follow duluan Emak Gaoel di instagram untuk lomba sama, tapi kerepotan—gegara gaptek—pas mau ikutan, hingga lewatlah DL. -_\


Saya termasuk kategori yang semangat blogging-nya naik-turun, nih Emak Gaoel. Ditambah, jujur saya bingung, nulis apaan saja kalau nge-blog? Selain untuk lomba, resensi, puisi atau tulisan ala writer-wannabe lainnya? Intinya sering macet ide, heheu, tipe penulis pemula sekali. Sementara, dalam otak sih pengen punya tulisan yang khas, different from others kata urang Sunda-nya mah.


Asli nih pengen blog-nya ramai. (Biar tidak seperti di hutan, haruskah aku ke pasar? Eh?). So, biarpun motif awalnya gegara lomba, semoga selanjutnya better. Rajin nulis dan istiqomah.


Apa yang dikejar kemudian?


Dari beberapa contoh yang disebut EmakGaoel, boleh jadi semuanya pengen nih, Mak. Apalagi go to pilgrimage, surprise juga dari blogging bisa pergi haji. Misal ternyata saya pun bisa melalui blogging, Alhamdulillah. (amiin, aamiin) Walau mungkin masih nanti. Sekarang mah tahapannya begini nih, Mak.


Pertama, saya perbanyak tulisan dulu di blog Kirana Winata ini, syukur sembari diiringi kualitas, manfaat full barokah.


Kedua, kalau sudah banyak, target minimalnya 100 lebih tulisan (semoga dimudahkan), saya ubah ke domain pribadi, yang nantinya jadi “dotkom”langsung, kan, ya, Mak?


Ketiga, tentu tetap nulis, nulis dan nulis.


Tampak lama ya, Mak? Hihi, semoga selalu diparingi sabar kalau begitu.


Selama nge-blog—atau nge-net secara umumnya—yang masih seumur jagung jumlah tulisannya ini, saya dibantu aplikasi apa saja sih?


Duh, maaf cerita lagi. Belasan bulan sebelum ini, kalau internetan saya pakai komputer suami, curi-curi kesempatan, terus Alhamdulillah  bisa punya laptop (walau belum lunas. Aih, jujur). Alat ngenetnya modem. Suatu ketika teman yang memerhatikan saya suka nge-net, menyarankan biar ngenetnya bisa sambil mobile, “pakai hape aja, Din”. Terus lihat hape saya yang ala kadarnya, jenis paling murah dari salah satu brand, dikasihlah saya hape miliknya. Hape Smartfren.


Masih disimpan, gak tega buangnya :'(



Sejak itu, lumayanlah, setidaknya untuk mengunggah foto, kamera si smartfren lebih baik. Bisa sedikit lebih mudah berinternet dari segi foto-memoto saja sudah seneng banget. Sebelumnya kan kalau mau moto hadiah kuis yang sudah sampai rumah  pakai webcam laptop. Bentuk fotonya selalu mirip trapesium. Hehe. Tapi, Emak Gaoel, hari itu pun tiba. Ketika Smartfren kehujanan, lalu tak dapat diselamatkan. Hiks. Ngenet pun ngegalau lagi.


Berbulan kemudian, sehari sebelum ultah, ibu meghadiahi saya ponsel baru. (Alhamdulillah lagi). Ada yang sebut itu android, ada ponsel pintar, entah yang mana, sebab ternyata saya tak cukup pintar membedakan plus mengoptimalkan kinerja ponsel. Jadi sekarang, kalau ngenet, dibantu dia memang. Tapi utamannya pakai laptop. Maklum, Mak belum gape, apalagi urusan yang harus posting tulisan dengan jumlah kata/karakter/halaman yang banyak. Kok tidak bisa ya?


Jadi, mengkombinasikan antara fungsi ponsel-laptop, saya dibantu:

1.      Photo Grid, saya pakai untuk editing photo.

2.      Office suite, ini dipakai saat daring via ponsel untuk nyimpan tulisan/copas dari web. Semisal tips dan kiat menulis.


  



3.      Google chrome dan mozilla firefox



Dan saya ngiler sama Smartfren Andromax-nya. Kok? Jujur, Emak Gaoel, maksudnya biar nanti salah satunya untuk suami. Jadi, enggak ganggu saya, heheu. Biar dia juga tidak kuper-kudet-kunut—kurang nutrisi. :D Berhubung freelancer, pula hari gini semua serba harus via internet. Biar lancar. Aamiin.







* Tulisan ini diikutkan dalam:


Blog Competition, Go For It with Blog Emak Gaoel






Go For It Blog Competition

Rabu, 21 Oktober 2015

Kenapa Harus Malu? Local Brand Lebih Keren #SmescoNV


Seiring bergulirnya pasar global plus berkembangnya dunia (jaringan) internet, persaingan di dunia industri dan perdangangan juga semakin ketat. Akses memang lebih mudah dari sebelumnya. Namun kesulitan atau sebutlah tantangan pun lebih kompleks lagi.

Dari pengamatan sederhana saya, bangsa Indonesia yang masih masyhur dengan label ‘konsumtif’—terutama kaum hawa—kerap menjadi sasaran empuk pihak luar dengan produk-produk yang ditawarkan dan masuk ke dalam negeri. Lalu, seperti yang sama-sama kita ketahui famous brand itu menjadi ciri hingga fenomena sosial di sini. Beberapa di antara kita akan lebih merasa bangga dan percaya diri tinggi bila apa yang dikenakan mulai dari pucuk rambut hingga tumit beraroma kata-kata import, produk asal luar negeri, internasional, hingga keyword ‘dipakai artis holywood’.

Lalu, ke manakah produk nasional yang berakar dari produk lokal kita? Tanpa sepengetahuan atau informasi purna yang kita punya, ternyata banyak pekarya negeri yang asik berkreasi—sembari melekatkan kekhasan daerah, kemudian karyanya sampai berhasil diekspor ke luar negeri, menembus pasar internasional.

Nah, bagi saya itu baru keren. Akan tetapi, satu hal yang mesti pula diulik adalah bagaimana agar produk tadi bisa mendunia? Tentu ada proses, trial and failure mesti terjadi di awal-awal, tak dapat dihindari, itu lumrah.

Intermezzo sebentar, saya pernah mengawang-awang soal produk-produk luar yang sangat bergengsi. Begini isi pikiran saya: orang-orang sibuk mengincar satu produk luar, sebut satu misalnya sepatu, sementara peristiwa di belakang yang terjadi adalah, pihak luar itu membeli-mencari bahan mentah hingga setengah jadi yang berkualitas di negeri ini, dibawanya lalu diketok-magic di negaranya, setelah jadi, disebar (baca: dijual) kembali ke Indonesia tercinta, dengan harga aduhai. Dan saya menjadi geli sendiri dengan kemungkinan tersebut. Bukankah sebetulnya kualitas yang didapat pun dibangga-banggakan tadi berasal dari negeri sendiri? Tapi malah malu (atau kalaupun tetap ada bangga, kadarnya lebih susut dibanding memakai “punya orang” tadi), saat sandangnya hanya made in Kota Gede, misalnya.

Itu pula sesungguhnya PR yang mesti dipikirkan oleh kita (pemerintah, penyetok bahan mentah, perajin, pekarya dan semua personel/elemen penting terkait). Alih-alih mensukseskan usaha asing, mengapa tidak memberdayakan, meningkatkan kualitas usaha negeri sendiri? Duh, maaf, tentunya ini hanya pendapat saya yang seorang citizen pun netizen kelas teri. Tentu saya percaya, jika pemberdayaan itu ada dan terlaksana, barangkali pemerataannya yang lebih dieksekusi lagi. Hanya, saya kerap merasa ‘keram perut’ tiap mengetahui SDA negara dilirik pihak asing, lalu selanjutnya mereka olah-ubah dan lain sebagainya. Dan, kita sudah sumringah dengan ‘bayaran’ ala kadarnya.

Merek Boleh Lokal, Kualitas Internasional

Masih berkaitan dengan upgrading local brand. Menyebut frasa di atas saya teringat akan satu kabar tentang Bapak Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung. Soal aksinya bekerja sama dengan Perancis melalui cara “menjual” Kota Bandung untuk meningkatkan pembangunan Kota Bandung sendiri. Jadi, alih-alih berhutang ke pihak asing demi mendapat modal besar yang dibutuhkan untuk membangun Kota Bandung, teknik mendagangkan (atau bahasa pribuminya jualan) produk-produk kreatif yang asli made in Bandung digunakan. Istilah kerennya yaitu dengan konsep Public Private Partnership (PPP). Yang mana akan ada satu lokasi di Perancis sebagai prototype Kota Bandung bertajuk “Little Bandung”.

Dan, kerjasamanya pun diterima dengan baik alias ‘deal’ dengan didapatkannya lokasi untuk Little Bandung itu di Jalan Rue Montmarte, berkolaborasi dengan Cafe Djawa. Hal sama juga dilakukan ke Amerika Serikat, namun untuk sektor pariwisata.


Terpikir dalam benak, bila dalam cara sama namun detil berbeda, hal itu juga bisa dilakukan kota-kota lain yang punya produk kreatif khas daerah masing-masing. Barangkali kota-kota di luar negeri akan ramai juga dengan prototype kota-kota yang ada di Indonesia. Lagi-lagi tentu ada tahapan meningkatkan mutu barang yang akan dijual.


Usaha Kecil Menengah dan Smesco

Sejenak mari tinggalkan upaya memperkenalkan local brand satu kota di atas. Bersebab tingkatan usaha bermacam, bervariatif dan berjenjang saya juga tertarik untuk sedikit obrol-obrol tentang Usaha Kecil Menengah, termasuk di dalamnya yang berupa skala rumahan. Saya pribadi bukan orang bertangan dingin di bidang kerajinan tangan, karena entah, sempat belajar membuat rajutan dari benang wol untuk dijadikan ikat rambut dan bandana saja melulu gagal. Tapi, saya selalu senang bila melihat ada yang pandai di bidang ini, seperti kakak dan teman saya sendiri. Berhubung hanya bisa mengagumi saya sisipkan juga dalam tulisan ini sebagai dukungan bagi teman-teman yang berkreasi semisal berikut:




Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10206875570441636&id=1648398276






Lalu membaca tentang SMESCO saya otomatis mengingat mereka. Agaknya tak banyak yang tahu soal Smesco, tekhusus di gawean karya tingkat kecil. Jadi barangkali smesco bisa lebih mempromosikan lagi pelayanan profesional bagi mereka yang membutuhkan. Sesuai tujuan dari Smesco

Bagi teman dan kerabat yang belum mengenal, baru mendengar persis seperti saya, mungkin bisa sedikit tahu dari paparan di sini. Tentang Smesco dan program-programnya yang saya kutip langsung dari alamat web SMESCO.

SMESCO merupakan kepanjangan dari "Small and Medium Enterprises and Cooperatives", atau KUKM Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.


Smesco Indonesia Company (SIC) berdiri pada Maret 2007 dengan tujuan: untuk mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia kepada dunia Internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kami memberikan pelayanan profesional terbaik kepada seluruh mitra usaha kami baik lokal maupun asing.



Bisa dikatakan inilah program dan kegiatannya

  • Menyediakan sarana dan fasilitas pameran bagi KUKM
  • Mempromosikan dan memasarkan produk-produk unggulan Indonesia ke luar negeri melalui kegiatan Trading House
  • Melaksanakan kegiatan pelatihan bagi KUKM
  • Menampilkan produk-produk unggulan KUKM Indonesia di dalam gerai ritel UKM GALLERY
  • Sebagai pengelola gedung SMESCO INDONESIA yang menyewakan sebagian ruangan untuk area komersial seperti perkantoran dan sarana pendukung lainnya seperti Bank, ATM, Money Changer, Travel Agent, Mini Market, Restoran dan cafe.


Visi

Menjadi institusi profesional berskala internasional di bidang pemasaran produk - produk Koperasi dan UKM Indonesia yang mampu menjadikan SMESCO INDONESIA sebagai ikon pemberdayaan dan ikon industri kreatif KUKM.


Misi

Menjadi lembaga dengan layanan profesional yang memfasilitasi mitra usaha untuk menghasilkan produk-produk unggulan kelas dunia yang berkualitas tinggi dan mempromosikan Indonesia kepada mitra usaha lokal maupun internasional.


Saya harap yang tadinya malu dengan local brand,  bisa lebih percaya diri dibantu SMESCO, sehingga menjadi lebih keren.[]




Sleman, 20 Oktober 2015