Selasa, 08 Agustus 2017

Mewaspadai Pesan yang Mengancam

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Salaam Sobat,

Masih ingat sekian tahun lalu ada beberapa postingan di media sosial yang isinya berupa tulisan kabar-kabar seputar kejadian aneh atau penting atau berbau mistis atau seolah agamis? Yang dalam hitungan detik menuai like and share ratusan bahkan ribuan.

Apa pasal? Ada pesan 'super' di dalamnya, yang menggerakan jari pembacanya meng-klik tombol like and share tersebut. Pesan yang mengancam. Sehingga, alih-alih berbagi memang bersebab niat baik, yang ada dan tanpa sadar adalah karena ketakutan. Takut bilamana tidak melakukan apa yang dipinta dalam pesan, ancaman yang mengutuk tadi akan benar-benar terjadi pada kehidupan si pembaca. Naudzu billah.


Saya kira hal seperti ini sudah usai. Tidak ada lagi yang percaya mentah-mentah dengan pesan "kebaikan" tersebut. Tapi, nyatanya sekian hari lalu saya menerima pesan mirip-mirip yang dulu menyebar di medsos. Bedanya kali ini via WhatsApp.

Apa yang saya lakukan? Abai. Bukan berarti saya tidak peduli dengan amanat baik yang disampaikan. Tapi ketika kemudian amanat itu diikuti ancaman, kutukan bila tidak menyebarkan ke orang dengan jumlah yang ditentukan lalu sebaliknya akan peroleh keuntungan, bahkan ajaibnya disebutkan pada hari apa, bila melakukan. Sayang, masih ada yang menurut dengan hal menyeret seperti ini.

Ada poin-poin yang saya cermati terkait pesan berantai sejenis di atas:

1. Menuntut agar dikirim/disebar kembali ke sejumlah orang.
2. Mengutuk/mengancam bila diabaikan dengan 'hukuman' hidup yang buruk, sampai-sampai bisa tahu hingga sekian tahun.
3. Menjanjikan akan mendapat rezeki, keuntungan, kebaikan, setelah satu hari, atau pada hari H.
4. Mengatasnamakan tuhan.

Bila Sobat juga mencermati, betapa semua poin itu mengerikan. Ya, mengerikan selagi yang mengirim dan menyebar pesan tersebut adalah manusia, tapi seolah tahu segala. Seolah berhak memutuskan siapa akan selamat dan siapa akan celaka. Naudzu billah tsumma naudzu billah.

Kalaupun hendak berbagi pesan kebaikan, tak ada hak bagi kita sebagai insan biasa memberi rizki dan bala pada lainnya. Sebab, semua adalah kuasa Allah semata. Semoga kita tidak tergelincir ya, Sobat. Patuh terhadap pesan seperti ini. Astaghfirulloh. Allohu'alam bishowwab.

Cirebon, 8 Juli 2017

#ODOP7
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Entry for
Blogger Muslimah

Senin, 07 Agustus 2017

Tempat Belanja Favorit

Bismillah

Salaam Sobat,

Sebagai seorang perempuan, sesibuk apapun aktivitas kita di luar rumah atau meski di rumah saja, kegiatan belanja terutama belanja sayur dan kebutuhan dapur takkan bisa dihindari. Malah terkadang jadi agenda yang menyenangkan. Di mana letak menyenangkannya, sih? Yuuk, sebentar lagi kita bahas. Eiih, please deh Bundi masa hal remeh begini jadi blog post sih? Well, Dear, semenjak menjadi seorang Blogger Muslimah (heheu, pedi-percaya diri) justeru hal kecil bisa berpotensi jadi tulisan. Hehehe.

Back on the screen, ya.

Bahwa manusia itu butuh hiburan benar adanya. Dan, sebab kita seorang muslimah, hiburan pun jangan asal hiburan semata. Kegiatan belanja bahkan bisa jadi hiburan. Saya menyadari sendiri, begitu menikah ditambah kemudian dikaruniai 'momongan', sulit sekali untuk bisa benar-benar melakukan hal disukai, untuk 'having time only for myself'. Bahkan, tampaknya, meski kini saya tidak berkegiatan di luar, sebutlah tidak ngantor alias di rumah saja, kerjaan seputar rumah terkadang (atau malah sering) membuat diri penat.



Jadi, kerjaan sederhana semisal belanja, bisa jadi hiburan bagi saya. Taruhlah walau hanya sekian langkah ke depan rumah, sebab belanjanya di bakul sayur keliling, bisa membuat fresh. Buang pikiran negatif dengan melihat angin yang bertiup, langit, bunga-bunga tetangga. :D Plus bertemu sesama ibu rumah tangga.

Belanja di penjual sayur keliling, saya jadikan favorit. Berhubung jika ke pasar lumayan jauh. Lagipula, mahmud seperti saya, dirasakan oleh diri sendiri kurang cocok kalau ke pasar. Bukan karena takut kotor, ketempelan bau atau bila hujan takut becek. Lebih disebabkan pasar itu luas, kerap membuat bingung dengan lekak lekuknya. Lebih tepatnya juga yang membuat takut adalah "uang". Hehe. Logikanya, begini kalau belanja di pasar (apalagi pasar super a.k.a swalayan) belanja tak mungkin sedikit. Ujungnya, duit pun tidak bisa bawa sedikit.

Maka dari itu, saya cenderung 'tenang' dengan belanja di bakul sayur keliling. Bila sudah akrab, malah bisa dapat bonus atau diskonan. Terus semisal salam sereh dan daun bawang bisa gratis. Ya, tentu dengan jumlah sekadarnya ya. Sesuatu banget, kan ya?

Kemasan yang sudah berupa bungkusan pun membuat simpel, misal perlu membagi-bagi ini untuk sekarang, ini untuk besok. Di bakul sayur keliling dengan uang kurang dari lima belas ribu rupiah bisa beli sayur mayur yang fotonya ada di bawah ini. Begitulah. Selain itu, bagi saya dengan belanja seperlunya setiap hari, menghindari sayur mayur busuk juga. Jadi, tak mubazir jatuhnya.



Bagaimana dengan buibu sekalian? Di mana tempat belanja favoritmu?


Cirebon, 7 Juli 2017

***

#ODOP6
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Minggu, 06 Agustus 2017

Permainan dan Kenangan Anak Ingusan

Bismillah

Salaam Sobat, 
Ketemu lagi sama Dinu ya. Masih di channel one day one posting challenge dari Blogger Muslimah. Kali ini ingin membahas salah satu mainan jaman dulu, yang lumayan favorit, terutama di kalangan anak perempuan. Nah, kalau Sobat semua lirik gambar di bawah ini, itulah clue-nya.

Sumber: Facebook


Ada yang menyebut BP, entah sampai kini saya belum paham singkatan dari apa. Tapi saya lebih senang menyebutnya orang-orangan saja.

Lihat gambar ini muncul, semula dari salah satu postingan di Facebook. Dan langsung mengingatkan saya ke zaman anak-anak dulu.

Dulu, ayah saya--biasa saya panggil Abah, kerap bolak-balik Cirebon-Bandung. Awalnya hanya karena urusan pekerjaannya. Semakin ke sini, barangkali Abah melihat anak-anaknya sering main orang-orangan yang gambarnya di atas tadi. Sehingga, suatu hari dan sekian kali berikutnya dia pulang sembari membawa banyak mainan, termasuk si BP. Sampai berjumlah beberapa lembar. Supaya anak perempuannya tidak melulu ke warung membeli BP, mungkin demikian maksudnya.

Lalu, ide pun muncul. Melihat gambar yang dibawa dari Bandung banyak jenisnya, variatif. (Kalau tidak salah ada seri bertema kerajaan, pangeran dan putri begitu deh). Maka, atas saran orangtua saya pun menjual ke teman-teman. Memanfaatkan momen sebab sedang booming. Apalagi, koleksi yang ada di saya menarik-menarik.

Lucunya, berhubung yang jual pun senang banget dengan orang-orangan itu, jadi sebelum buka lapak, dipilih-pilih dulu mana yang bagus. Tiap tema saya pilih satu hingga dua lembar, dan saya simpan di atas lemari belajar. Baru sisanya dijual. Haha. Kelakuan anak-anak. Tapi dari kisah ini, saya jadi yakin, berdagang dan jualan-jualan itu memang sudah saya sukai dari kecil.

Cirebon, 6 Juli 2017

#ODOP5
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia


Sabtu, 05 Agustus 2017

TIPS Masak Hemat Garam

Salaam Sobat. Masih dalam rangkaian ODOP Blogger Muslimah, tulisan kali ini juga masih berkaitan dengan garam. 


Menyambung setelah ditemui kondisi tak ada garam di kisah saya sebelumnya. Ada Tips ala ala saya, bagaimana menghemat penggunaan garam. Jadi, karena berdasar kondisi dapur pribadi, contoh masakan pun benar-benar yang sering plus biasa saya olah. Bisa ketebak agaknya yaa. ^_^

1. Hampir setiap hari, menu goreng tempe atau tahu ada di rumah. Sehari tidak menemukan mereka, maka keesokannya dipastikan harus dapat. Nah, biasanya tempe/tahu yang akan digoreng direndam dalam air garam dulu kan. Lebih sedap memang kalau dicemplung juga bawang putih dan atau bawang merah ke rendaman tadi. Ada aroma lebih. Tapi, kalau sudah buru-buru dan seringnya juga sebab ingin simpel, hanya garam. Itupun sudah enak. ^^


                    


Poinnya adalah saat membuat air rendaman, buat air agak banyakan. Maksudnya, air bergaram ini tidak hanya untuk sekali pakai, tapi maksimalnya bisa untuk tiga kali. Jadi, usahakan juga agar tidak banyak meninggalkan remah saat mengiris tempe/tahu. Sehingga, ketika dimasukkan ke air garam, tidak membuat 'kotor' sebab remah alias protolan tadi. Selanjutnya, diusahakan juga saat mengambil potongan tempe/tahu jangan sampai menyebabkan cuil. Jika sudah simpan air garam dalam wadah yang ada tutupnya. Plus berstatus food grade. Simpan di dalam lemari es. Air garam untuk rendaman ini di sesi akhir, bisa digunakan untuk ikan atau udang. Jadi, pastikan bahan makanan jenis yang berbau anyir mendapat giliran terakhir.

2. Saat mengolah masakan lainnya, seperti oseng atau sayur, garam yang ditambahkan adalah--berasal dari air rendaman tadi jika baru dibuat, jika perlu menaburkan yang baru secukupnya saja. Thoh, masakan terlalu asin kan tidak baik.

3. Tahu biasanya cenderung lebih agak lama dapat bertahan untuk membuat air rendaman "good looking" dibandingkan tempe. Sementara ada jenis "tempe muda" yang memang enaknya digoreng kering. Cuma, struktur doi ini cepat protol. Nah, kalau ingin menggoreng tempe muda, mau tak mau mesti dicelup di air yang super sedikit, garami seperlunya, sesuai kondisi air. Yang kira-kira tidak akan membuat sisa. Jadi, dibuat pas. Alhasil tidak membuang banyak garam. Semoga bisa tertangkap maksudnya ya, Sobat.

Bagaimana dengan masakan lain? Well, itu sebijak-bijaknya kita. Misal, nasi goreng--yang juga menu andalan kami--sementara garam langka buatnya nasi goreng kecap. Lalu sambal, jika itu sambal terasi tak perlu digarami lagi, sebab dalam (kebanyakan) terasi sudah mengandung garam (ini diketahui karena saya suka iseng nyuilin terasi ^^). Semoga, meski agak-agak absurd, tips ini bermanfaat. Semoga kita selalu sehat wal afiat. :)


Cirebon, 5 Juli 2017

#ODOP4
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Jumat, 04 Agustus 2017

Garam Langka (Jangan) Mati Gaya

Bismillah

Meski terlambat--semalam kebablasan while breastfeeding my Kaizen--tetap melanjutkan tantangan ODOP dari Blogger Muslimah untuk hari ketiga. :)

Apapun berita, kabar, isu, topik hangat, info lomba, trend hingga tanda pagar yang heboh, hampir selalu saya ketahui dari media sosial. Jadi, biarpun tak ada teve, selagi masih pegang hape, bisa tahu ape aje. Hehe.


Garam Cap Kapal
Garam yang biasa saya pakai. Tinggal segitu.


Tentang garam, bahwa mereka langka, semula saya kira sekadar "ramai-ramai" biasa. Lalu, Rabu kemarin, mengingat persediaan garam tinggal setengahnya saya berniat beli. Beberapa kebutuhan dapur semacam gula, garam, minyak biasa saya re-stock sebelum benar-benar kandas.

Dengan tujuan hanya cari garam (sekaligus tes kebenaran kabar), saya ke satu warung. Bukan yang dekat rumah, sengaja ke warung yang agak jauh, dekat jalan raya. Si ibu pemilik warung ini, jika pagi menjual sayur mayur juga.

"Habis, Neng! Terus, nggak nyetok lagi." Ujar si ibu cepat, begitu saya bertanya. Barangkali, sudah ada sekian orang yang mencari dan berarti dia sudah sekian kali juga menjawab dengan kata sama. "Sekarang garam yang biasanya harga 1500 itu, jadi 5000!" Susulnya.

What?! Saya kaget juga, asli, sungguh. Tiga kali lipat lebih. Kalau sebelumnya dengan uang lima ribu rupiah, bisa terbeli menu sederhana tempe, tahu dan garam (misal habis), sekarang cuma garam thok.

Pulang dari warung tersebut, saya coba mampir ke warung lain. Bisa disebut toko sih ya, sebab agak besar. Begitu lihat bapak empunya warung tengah rapi-rapi dagangan, segera saya tanya.

"Wadduuu! Garam tuh sedang susah. Nggak ada, Bu." Jawabnya lirih, dengan nada prihatin. Saya berlalu, pulang. Tidak lagi ke warung manapun. Dalam hati; ini berarti serius jika garam langka. Dan saya harus menemukan cara agar tidak mati gaya.

Cirebon, 4 Juli 2017

#ODOP3
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia 

Kamis, 03 Agustus 2017

Cara Keluar Dari Dalam Kubur

Bismillah

Foto mainan Bilal, take by himself


Sobahul khoir, Sobat.

Anak-anak memang kerap membuat kejutan, ya? Entah itu sikapnya, celotehnya atau keduanya sekaligus atau bahasa dan bahasan yang dia angkat. Ada yang membuat senang, sedih pun "wow". Bisa juga campur-campur. Seperti yang baru saya alami berikut.

Malam lusa kemarin, saya dibuat speechless oleh si kakak--a child who rarely appear, yang cerita-cerita soal dia jarang saya paparkan ke dunia luar, ke khalayak umum, bahkan tetangga, hanya jika perlu saja. Namun, satu atau dua hal pernah saya tulis di blog ini. Bisa dicari. :)

Jadi, malam Senin itu mulut saya sudah entah berapa kali berseru supaya dia segera tidur, biar tidak terlambat bangun paginya. Tapi si anak cuma glapak-glupuk saja, tanpa respon. Badannya sudah posisi berbaring di kasur, sembari memeluk bantal Mc Queen. Tapi dari matanya jelas pikirannya tengah menerawang, ekspresinya kening berkerut dan agak manyun.

"Kakak, kenapa sih, kok belum merem juga?" Penasaran, meski dalam keadaan mengantuk saya ajak ngobrol saja.

"Hmmm, aku tuh sedang mikir kalau nanti sudah jadi kakek-kakek..." diam sekitar tiga detik, "terus meninggal. Bagaimana?"

Mendengar jawaban si kakak gantian saya yang mikir. Jawaban berujung tanya tersebut saya putar ulang, masih sambil menatap dia.

"Semua orang itu pasti meninggal, Kakak...." ujar saya akhirnya, "bukan cuma kakek-kakek," jeda lagi, saya kira saya harus menjelaskan perlahan, dengan kalimat-kalimat pendek. Sekian bulan sebelumnya, Aki saya, uyutnya--yang dia panggil dengan sebutan kakek juga--meninggal dan rumah neneknya menjadi rumah duka. Bahkan dia ikut serta ke makam. Selang kurang lebih 2 bulan setelah itu, kabar meninggal sempat dia dengar lagi, adik dari uyutnya tadi. Barangkali, itulah mengapa dia pikir jika sudah kakek-kakek, lalu meninggal.

"Memang anak kecil juga bisa meninggal?" Pertanyaan baru, yang kemudian membuat saya memaparkan bahwa entah itu kakek-kakek, nenek-nenek, bapak-bapak, ibu-ibu, om, tante bahkan saya sebut bayi, bisa meninggal. Sambil menguatkan hati, sebab tema ini membuat saya jadi sensitif. Membuat berpikir kelak apa saya siap ditinggal atau siap meninggalkan. Tak bisa memilih. Ingat bagaimana Aki wafat saja bisa membuat air tumpah dari mata.

Lalu, jeda lagi, membiarkan si kakak belajar mencerna kalimat yang saya lontarkan. Setelah itu, tanpa saya sangka sendiri, saya lanjut dengan menjelaskan jika sesudah meninggal nanti, semua orang akan dibangkitkan oleh Allah. Semua orang akan hidup lagi. Baiklah, jika tema tentang ini harus jadi yang paling pertama yang kami diskusikan, lanjut. Begitu, pikir saya.

Tiba-tiba si kakak menyahut dengan nada bicara lebih tinggi. Merasa 'surprise'.

"Hyeee! Bisa hidup lagi? Bagaimana cara keluar dari kuburnya?!"

Dasar emak-emak aneh, saya malah tertawa seketika itu juga. Pasalnya, dia mengatakan kalimat tadi dalam tone unik diiringi gesture tangan mencakar-cakar. Lucu, makanya saya tertawa. Dan, demi melihat raut wajahnya yang kurang suka dan aneh dengan reaksi yang muncul, saya pun mencoba berhenti tertawa. Tapi gaya bicara plus gerakan tangannya yang masih membayang, menggelitik saya lagi.

Kebingungan, saya pilih tepok-tepok sang ayah yang sudah lelap di samping saya. Membangunkannya.

"Yah, hey! Melek dulu dong. Ini bantu jawab pertanyaan anakmu, nih." Tepok-tepok lagi. Sayang si ayah cuma "hngggg" dan tetap tidur. "Ask the audience" yang gagal. Ibarat ujian, tema yang saya pelajari adalah tentang pertanyaan Allah ada di mana? Lalu ternyata, soal yang muncul "bagaimana cara keluar dari kubur, saat kelak kita hidup lagi?"

Lalu, pada si kakak yang tampak menunggu jawaban, saya sampaikan saja dengan jujur.

"Bundi belum tahu jawabannya nih, nanti ya Bundi cari dulu." Dia mengangguk.

Dalam bayangan, saya menepuk jidat. Benar-benar PR nih. Really really have no idea. Kondisi semi mengantuk, meski tadi sempat tertawa, membuat otak memerintahkan "continue the conversation next time" lanjut tidur. Duh, maafkan emakmu ini, ya, Boy?

2 Agustus 2017

#ODOP2
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Blogger Muslimah

Selasa, 01 Agustus 2017

Mencari Motivasi

Motivasi Ikut ODOP Blogger Muslimah

Bismillah.

Lebah: Mengambil yang bermanfaat.
Memberi yang bermanfaat



Saya sedang menantang diri sendiri, kembali, untuk menulis. Sebab itulah, ketika Blogger Muslimah menggulirkan agenda One Day One Post selama bulan Agustus ini, saya memberanikan diri daftar. Ada beberapa poin lagi yang menjadi sebab saya mengikuti ODOP ini.

1. Ingin menghidupkan lagi kegiatan menulis di blog. Setelah melahirkan hingga hampir setahun, saya tak banyak menulis. Bahkan untuk mengedit satu cerita anak pun sulit mencuri waktu. Lalu sekarang baby sudah berusia 12 bulan, saya merasa jika tidak dipaksakan curi-curi waktu, bisa-bisa saya akan benar-benar lupa bagaimana menulis. Dan agaknya, menulis di blog bisa jadi awal belajar menulis kembali.

2. Sejujurnya, sejak ikut join dalam grup Blogger Muslimah, saya sangat amat sangat jarang aktif, sehingga dengan para anggotanya pun tak terlalu banyak yang kenal. Selain yang sudah kenal sebelumnya. Jadi, motivasi lain dari ikut ODOP ini, saya berharap bisa memiliki lebih banyak teman, khususnya sesuai dengan nama grup, teman-teman muslimah. Berharap juga, peroleh manfaat--sekaligus turut sumbang manfaat--yang tak sekadar "have fun" melalui tulisan.

3. Selanjutnya adalah lebih ke ingin menantang diri sendiri. Menjajal kemampuan diri dalam menulis. Bahwa saya masih layak untuk meneruskan berkecimpung di dunia aksara ini.

Mohon dukungan, semoga tantangan Agustus ini bisa saya lalui, hingga akhir. Lalu selanjutnya, dapat lebih konsisten menulis, termasuk di blog, meski tanpa tantangan dan iming-iming di belakangnya. :)

1 Agustus 2017

#ODOP1
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Blogger Muslimah