Senin, 06 Juli 2015

Jangan Kikir Terhadap Diri Sendiri

Sebab mengikuti kuis kata-kata bijak di satu grup, saya langsung teringat dengan petuah dosen saat kuliah, yang kalimatnya menjadi judul di atas.

Sayang, saya lupa nama ustadz sederhana itu. Yang dibanding dosen lain, penampilannya paling simple. Semoga Alloh swt memberi tempat indah bagi Almarhum. Membalas kebaikannya. Aamiin.

Kikir pada diri sendiri ini bisa jadi luput dari kesadaran. Karena kita sering mendapat petuah bahwa mendahulukan kepentingan orang lain adalah suatu kebaikan dan lebih utama. Tapi, nyatanya diri sendiri pun punya hak untuk 'diperhatikan'. Bukan soal yang berkaitan dengan materi saja. Tapi lebih dari itu.

Ada hak untuk mengamankan; menyelamatkan iman, kebutuhan ruh, kesehatan hati, dan penjagaan diri dari hal-hal bersifat negatif atau buruk atau tak mengandung manfaat.

Kikir terhadap diri sendiri bukan hanya tak memenuhi kebutuhan pribadi dalam hal makan makanan sehat, menyandang pakaian baik dan atau memiliki harta yang cukup untuk ini itu.

Kita mungkin masuk kategori kikir, saat makanan yang masuk ke perut tidak sungguh-sungguh diperhatikan sumber datangnya; cara memperolehnya; halal atau tidaknya, dan sebagainya.

Kita mungkin masuk kategori kikir, saat pakaian yang disandang terselip tabarruj, tak menutup aurat atau melewati batas dari fungsi dasarnya, yaitu untuk melindungi tubuh.

Kita mungkin masuk kategori kikir saat membiarkan diri terus menerus menapaki jalan hidup yang tidak diridhoi Alloh, Sang Pencipta diri.

Kita mungkin masuk kategori kikir saat membiarkan diri faqir ilmu dan pengetahuan akan agama sendiri.

Dan kita barangkali lebih kikir lagi, manakala telah mengetahui; ditunjukkan kebenaran (haq) dan bathil, namun tetap bergeming. Atau yang terparah justru memutarbalikannya.


Allohu'alam bishshowwab.


Sungguh, ini semata untuk memberi peringatan terhadap diri saya sendiri. Agar tidak lagi 'menyepelekan kebutuhan diri'.


Cirebon,
Ramadhan, 19 1434 H
July, 6 2015 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar