Bismillah.
Assalamu'alaikum, Sobat!
Cuap-cuap kali ini tentang pernikahan, Wabil khusus tentang souvenirnya. Tapi mungkin sambil sekalian saya tumpah-ruahkan sesuatu yang lain, yang belum tahu apaan itu, kita saksikan nanti ya :D
Sobat, pengen tahu nih, coba siapa yang belum pernah kondangan? Aww, istilahnya merakyat sekali, tho? Agaknya bagi yang sudah hidup di dunia sekitar 20+ pasti mengalami lah, entah cuma sekali.
Nah, apa yang asik dan seru dari acara kondangan coba?
Yup! Kamu betul, deh. Iya, kamu, yang barusan teriak (dalam hati), "Makan-makannya!", tuh kan senyum. Aih, ndak usah malu, semua sama kok, sama dengan saya maksudnya. Makan gratis masa enggak mau. Hehe, duh ketahuan deh senengnya sama yang gretongan. Etapi, kan kita ngamplop, ya? #PwissAh ^^v
Tapi, Sob, kalau saya senang ini juga nih ... koleksi souvenirnya! Iya, dong, kan tulisan saya ini tentang "souvenir pernikahan", jadi pembahasan harus digiring ke arah situ. Hihihi, jujur lagi. Dan, di sinilah saya akan jelaskan soal judul tulisan di atas. Saya senang kalau pas kondangan souvenir yang diberikan sohibul hajat bisa saya gunakan, (bukan yang nantinya cuma diemut terus hilang di dalam perut), kepake alias bermanfaat. Dan barangkali semua acara hajat, khususnya pernikahan, masa kini "saling berlomba" untuk memberikan souvenir yang bermanfaat. Seperti beberapa contoh berikut dalam gambar.
|
Contoh Souvenir Pernikahan (koleksi pribadi) |
Sobat yang sedang merencanakan menikah, barangkali bisa menjadikan tulisan ini referensi kecil. ;) Begini, kalau menurut saya, souvenir yang ketika kita pulang dari acara walimahan (dan lain sebagainya) berdaya guna (istilah kerennya), bisa selalu kita pakai, mungkin akan ada pahala kebaikan juga yang mengalir ke penggelar acara atau shohibul hajat. Lebih-lebih kalau digunakan untuk hal kebaikan, misal kipas, bukan buat mentung lalat. Soalnya lebih mantap pakai sapu lidi. Ups.
|
Kipas, yang biasanya berjodo dengan udara panas :) |
Jadi, meskipun itu sebuah benda yang ala kadarnya, bila tetap diniatkan berbagi manfaat, insya Allah sampai. Malah ada beberapa pengantin yang souvenir pernikahan mereka salah satunya berupa kumpulan doa pagi-sore eksklusif atau yang biasa disebut Al Ma'tsurat. Bahkan ada pula yang souvenirnya Al Quran ukuran sedang. Waaah, saya cuma bisa berdecak kagum, karena tentunya--tak dapat dipungkiri--ada rupiah lebih yang mesti dialokasikan. Dan, bagi saya itu sesuatu yang wonderful. Bayangkan bila Al Quran itu oleh pemiliknya nanti rajin dibaca? Sepasang pengantin dan jajaran sohibul hajat lainnya insya Allah terciprati juga pahala dari membaca Al Quran itu.
Sekian tahun lalu, saat hendak menikah, saya juga bercita-cita, untuk mengoleh-olehi para tamu undangan dengan souvenir pernikahan yang bermanfaat. Walau mungkin harga benda itu tidak seberapa, tapi tentu juga bukan yang tidak 'seberapa', he, maaf muter-muter. Sepertinya saya masih ingat benda-benda itu, semisal: sumpit, dompet kulit imitasi kecil, gunting kuku dan steples.
Kalau Sobat punya ketertarikan atau kecenderungan pada tema-tema tertentu bisa juga disisipkan. Contoh, waktu itu saya yang masih gandrung dengan semua hal berbau Jepang, ingin sekali ada satu dua benda yang mewakili ala Jepang. So desu ne ...
"Mau dong yang ala Jepang, apa gitu." Kurang lebih beginilah saat saya ngobrol dengan kakak pertama. Waktu nikahan saya, segala souvenir di-handle kakak. Dan dapatlah dia sumpit, bergambar orang bentuk kartun menggunakan kimono dengan huruf hiragana yang turut meramaikan. Aroma Jepang juga diwakili oleh dompet. Walau kalau tak salah lebih tepatnya dompet itu bernuansa Korea, sebab tulisan yang tersisip bukan hiragana melainkan hangul (betul begini bukan ya nulisnya?). Dompet tersebut sampai sekian bulan lalu masih bisa saya pakai. Untuk diisi uang misal mau ke warung, terkadang saya pakai untuk menyimpan flashdisk dan modem internet. Terasa sekali manfaatnya, awet pula, (berarti sekitar 4 tahunan umurnya, hwiii). Makanya, insya Allah tidak menyesal dengan memilih souvenir semacam ini. Juga terasa happy. Bahagia itu kan bisa karena hal-hal kecil. Seperti punya benda sederhana, tapi useful.
Well, itu sebagai contoh kecil saja dalam memilih souvenir bagi Sobat yang sedang dalam perencanaan menikah. Dari tema hingga warna bisa saja diserasikan. Barangkali Sobat bisa juga mencoba
Souvenir Photobooth. Kalau dulu, saya belum mengenal tentang
souvenir photobooth ini. Sepertinya belum marak alias
booming, eh atau sayanya saja yang kudet, ya? He.
Memilih souvenir berupa gantungan kunci, kayaknya masih belum 'punah' ya, Sobat? Saya masukkan juga si ganci ini ke kelompok souvenir yang bermanfaat. Siapa sih, yang tidak kenal kunci. Kalau mau hitung pintu dalam satu rumah, antara 2 hingga 4 sih ada kali ya? Pintu depan, samping atau belakang terus pintu kamar. Kalau anak kosan setidaknya tentu kamarnya berpintu satu. Nah, pintu-pinu itu pasti berkunci. Dan, saya sepakat kalau misalnya ada hasil pollling (siapa yang kira-kira ngadain nih?) yang menyebut bahwa hampir setiap kunci butuh gantungan kunci. Soalnya kalau cuma kunci itu thok, gundul gitu, agak sulit untuk diidentifikasi keberadaanya. Kalau dicantolin ganci jadi ada ciri lah setidaknya. Ganci juga bisa untuk kunci motor. Siapa di Indonesia ini yang warganya tidak bermotor? Satu rumah minimal satu mesti ada deh. Terus, kalau motor kita sama dengan tetangga, pasti kuncinya sama juga dong. Nah, lagi-lagi si ganci selain jadi ciri juga sebagai pembeda, kalau tertukar. Misal pas ada kejadian nongkrong bareng, terus si kunci sama-sama tergeletak di tempat tongkrongan . Hehe, misal aja ini sih.
"Maaf, Pak, kunci saya yang gantungannya mobil-mobilan itu."
"Eh, iya ya, Mas? Maaf, maaf."
Percakapan di atas hanya ilustrasi lho, ya. Jangan menyangka kejadian sebenarnya yang saya alami. :)
|
Contoh Gantungan Kunci for souvenir |
Nah, yang berikutnya yaitu gunting kuku. Tidak perlu saya berpanjang lebar kan ya, kegunaan dari gunting kuku ini. Terkadang keberadaannya bisa menggantikan posisi gunting. Khusus yang saya alami, seperti ketika perlu untuk melepas tali/benang (gantungan atau apa sih nama tepatnya)
brand dan harga suatu priduk, saya sering ngandelin gunting kuku. Khusus saat dijadikan sebagai souvenir, si ganci ini biasanya dikreasikan sehingga lebih menarik. Jadi seperti di bawah ini misalnya. Lucu kan? ^^
|
Cutie Ganci |
Souvenir berupa dompet, (seperti yang sempat disebut sebelumnya) boleh juga, Sobat. Seperti di bawah ini nih. Ini dompet home-hand made bila saya perhatikan. Terbuat dari kertas karton ketebalan sedang. Sisi karton yang akan menjadi bagian dalam dompet dilapisi kain puring tipis hitam, seperti untuk daleman tas. Sedang bagian luarnya dilapisi kain bercorak, yang ingin mengekspresikan kecintaan pada budaya Indonesia, bisa memakai kain yang bercorak batik, atau something ethnic. Pasangkan kancing, seru juga, nih. Aih, kok seolah saya yang buat ya, bisa memaparkan begini? Padahal ini hanya prakiraan. Berati sebetulnya saya juga bisa kali ya buat sendiri. (Oke, mimpi dulu sah-sah aja, kan?)
Pesta pernikahan barangkali bukan soal souvenirnya saja. Satu hal lain bagi sang penganting yang pasti adalah pengambilan gambar tiap-tiap momennya. Pasti tidak ada pengantin yang ingin precious time kala itu terlewat untuk diabadikan.
Saya terlahir di Bandung, tapi waktu nikah di Cirebon. Terus adik-adik saya yang fotonya di bawah ini, tinggal (untuk bekerja) di Bandung, tapi juga resepsinya kemarin di Kuningan. So, what kitu? Hehe, kalau domisili Sobat di Bandung dan sekitarnya, ada
Foto Wedding Bandung cenah. Sok atuhlah mangga dicobi. Happy happy days ya, Sob!
|
Doc. Litlle Brother's Wedding
Beberapa contoh souvenir di atas juga dari pernikahannya kemarin, he, :) |
Teras ... (naha jadi berlanjut speaking Sundanese nya? Janten kangen Bandung, daa),spesial untuk Sobat yang sedang berencana, sedang menyusun ataupun masih sedang menabung untuk menikah nanti, mudah-mudahan dilancarkan. Barokalloh semuanya. Buat usahawan-usahawati yang khusus membidik tema pernikahan pun, semoga laris, lancar jaya, jaya baya, jaya kusuma, and so forth lah. Aamiin. Buat yang sudah menikah sekian atau sudah berbilang tahun juga semoga tetap asik, tetap manis, harmonis, romantis, kayak makan tahu petis di Pantai Parangtritis. Eiiisss. (Aminkan juga atuh dong. Beut rada maksa penulisna geuning, nya? Hihi ^^v)
Parantos ah. Cukup sekian, maaf dan terimakasih, khususnya untuk Teh Sintha, salam kenal (boleh ini teh panggil begini? Btw, nama belakangnya, nama ibu juga, hi). Ngiringan GA-na nya, Teh?
Permios. Adios amigos. :)
Wassalam.
=====================================
Post in Sleman, untuk:
, |
|