Minggu, 08 Maret 2015

Resensi Buku “Keajaiban Senyuman”: Menghalau Singgung dengan Sungging


Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Menghalau Singgung dengan Sungging
Oleh: Dini Nurhayati


Judul buku : Keajaiban Senyuman
Penulis : Sri Widiyastuti
Penerbit : DAR! Mizan
Cetakan, tahun terbit : ke-1, Maret 2014
Kategori : Non-Fiksi Anak; 84 hal.; ilustrasi; 24 cm.


Kawan, apakah kau pernah merasa sulit untuk tersenyum? Berat menarik ujung-ujung bibir simetris ke kiri dan ke kanan? Apa sebabnya? Lalu, kira-kira kalau hati tengah dirundung sedih, apakah kau mampu tersenyum?

Senyum, satu kata sederhana yang terdiri dari enam huruf saja. Dan, bermula dari satu senyum sederhana, banyak hal akan berubah. Namun, semudah itukah? Mungkin tidak, mungkin iya. Lho, kok bisa? Karena ternyata manakala hati dan pikiran kita dipenuhi hal buruk atau hal negative, akan sulit sekali untuk tersenyum. (Duh!)

Tapi biasanya, bila hati sedang merasa tidak riang, lalu ada teman yang tengah merasa sedih lebih dibanding kita, pikiran yang bersinergi dengan tubuh akan bereaksi. Kita akan mencoba untuk tersenyum; memberi teman kita dorongan semangat. Mungkin karena berat, hal pertama yang otomatis dilakukan atau terjadi adalah kita akan menarik napas panjang, mengembusnya perlahan, setelah itu secara ajaib bibir pun dapat tersungging.

Efeknya bukan hanya pada teman saja, bahkan kita sendiri terkena efek positifnya. Tatkala kita tersenyum, ditangkap teman sehingga ia juga tersenyum, dan kembali pada kita. Sehingga senyum yang muncul tadi bisa lebih lebar lagi. Jadi, justru kita yang mendapat lebih energi positif itu. Tidakkah ini suatu hal yang menakjubkan? :)

Buku “Keajaiban Senyuman” ini memang bergenre non-fiksi anak. Namun, tema dan isinya yang disajikan ringan, asyik juga kok untuk dinikmati oleh pembaca selain anak-anak. Para orangtua, guru, atau kakak yang membacakan kepada adik, murid atau putra-putrinya yang masih balita.

Di dalam buku ini tersaji lima pokok judul, yaitu:

1. Apa, Sih, Senyuman? Berisi makna dari senyum.
2. Keajaiban Senyum. Di sini kita bisa temukan ragam kisah penuh hikmah, bermula dari tutur kata sopan dan seulas senyuman.
3. Seyum Tiket ke Surga. Bibir yang tersungging dapat mengantarkan kita ke surga? Ajaib ...
4. 10 Fakta Tersenyum; dan
5. Kata-kata Mutiara, yang berkaitan dengan senyum.

Pada masing-masing 5 judul tersebut ada beberapa sub tema lagi, yang juga mudah diresapi dan dipahami. Karena setiap tema terdapat pula bahasannya yang terbagi pada: paparan, ulasan hadis atau ayat Al Quran, inspirasi sahabat dan ‘Yuk, Ikuti Nabi’ yang berisi contoh kejadian dalam bentuk cerita super pendek atau cerita anak mini.

Meskipun judulnya ‘senyum’, tapi ternyata bisa meliputi banyak hal. Mulai dari pemaparan tentang sedekah, berbagi kebaikan sampai menyingkirkan pohon berduri yang menghalangi jalanan. Bahkan ada pula doa ketika menengok sahabat atau kerabat yang sakit. Sengaja dicetak dengan huruf berukuran lebih besar dari yang lain. Sehingga, memudahkan pembaca yang barangkali belum tahu untuk menghapalnya.

Di salah satu poin ‘inspirasi sahabat’ pada halaman 33, bahkan saya menitikkan air mata. Membaca kisah Rasulullah saw. bertemu seorang anak yang sendirian dan kesepian. Apa sebabnya, cari tahu saja ya, hehe. Banyak pula kisah lain yang dapat dipetik hikmahnya. Menumbuhkan rasa kasih sayang anak pada sesama teman sebaya, orang tua maupun pada orang lain, hatta itu kepada seorang ‘mbak’ yang membantu di rumah kita.

Pembaca juga disodorkan 10 fakta menarik seputar senyum. Salah satunya, ‘’Senyum Membuat Kamu Sehat”. Di poin ini, dijelaskan bahwa senyum dapat berfungsi sebagai sistem imunitas tubuh. Malah, menurut kajian, sakit flu dan batuk dapat hilang disebabkan tersenyum. Ada pula fakta lain berkaitan senyum yang menyebut istilah-istilah seru: endorphin dan serotonin. Apa pula itu? Temukan sendiri di buku “Keajaiban Senyum” ini ya ….


Nah, kebanyakan manfaat yang ditimbulkan dari seulas senyum, memang cenderung untuk kesehatan. Inilah sebabnya, Rasulullah saw pun menganjurkan kita agar menyempatkan menjenguk yang tengah diuji dengan sakit. Bukan soal membawa buah tangan atau lainnya seputar itu yang jadi hal utama. Akan tetapi supaya kita memberikan senyum, saling berbagi semangat dan aura positif kepada si sakit, sehingga rasa sakitnya dapat berangsur pulih lalu sembuh.

Tak sedikit bukan, cerita-cerita ringan tentang seorang yang sakit kemudian dijenguk, lalu sembuh. Ah, sekali lagi, hanya satu kata sederhana, senyum, dan dunia pun akan berubah, memang terbukti ya? Kalau semua orang di dunia tulus tersenyum, agaknya dunia pun akan berbalik tersenyum juga pada seluruh manusia. Dan hal-hal rumit bisa diatasi dengan mudah.

Satu elemen penting di buku ini yaitu font huruf yang variatif. Membuat mata pembaca—terlebih khusus untuk anak-anak—tidak cepat menjadi lelah. Tulisan atau huruf-huruf itu selang-seling berwarna-warni. Selain itu? Ah, tentu ilustrasinya pun menjadi daya tarik sendiri. Karena banyak bibir yang melengkung manis. Menyenangkan sekali. Eh, hampir terlupa, ada bonus juga yang terselip di buku ini. Stiker bergambar gadis cilik berkerudung dengan berbagai gaya senyum. Lucu deh!

Di halaman belakang juga, pembaca akan melihat foto penulisnya, Ummi Sri—begitu dia biasa dipanggil—tengah menyunggingkan senyum yang cantik sekali. Coba saja lihat, dan pembaca pasti jadi ingin pula tersenyum.

Hm, hanya ada satu yang teramat disayangkan di buku ini. Terletak di salah satu gambar atau ilustrasinya. Yaitu seorang bapak yang hendak minum, sedang memegang cangkir. Tapi dengan tangan kiri. Wah, misal dibacakan pada anak yang jeli dan kritis, harus berpanjang-panjang untuk menjelaskannya. Mungkin Kakak penyunting bagian layout terbalik saat memadukan gambar ini dengan bukunya, ya? Semoga di cetakan berikutnya bisa diperbaiki. Kita halau singgung dengan sungging ya? Salam santun, mari kita senyum. :)


[Keseluruhan: 5.823 cws.]


Sleman, 8 Maret 2015

Sabtu, 07 Maret 2015

Ada Lelah

Tatkala hati memecah belah
pada setiap serakan
Kubiarkan
Sepenuhnya gempita luluhkan
dengan segenap aliran darah
kau, dia
atau aku sendiri,
menguliti setiap lapisan ari
tanpa dapat dihenti

Duhai,
apalagi yang kan disisakan?
Dari selembar hakiki:
dalam kering maupun gersang,
pada rintik ataupun derasnya hujan,
yang tersimpan memori Juni
Bahwa ia milikku,
sampai berlelah-lelah:
Kau, dia, mereka
aku seorang punya

#RePost #hujanjuni
Sleman, Juni 2014

KALAU GALAU



kemarilah,

ungkapkan rasa di hatimu

atau

pabila lidah itu kelu

juga ada sungkan di benakmu

temui pena, tuliskanlah


tak jua hilang gulana?


menangislah saja

sepuas kau mampu

di hadapan Robb-mu



Sleman, 6 Maret 2015 || 5:55 PM

*Re-Post


sebab

#GALaU - God Always Listening and Understanding

copas tagline salah satu RM yang pernah dihampiri :)

Jumat, 06 Maret 2015

Seucap Diksi Memulai


Banyak yang hendak menjadi penulis, belakangan. Dengan berbagai sebab dan alasan. Maka, pertanyaan sederhana ini pun muncul. Bukan kepada sesiapa, teruntuk diri sendiri.

Mengapa aku menulis?

Aku menulis dengan banyak harap: agar terlepas segala bentuk kecamuk di tempurung kepala, melepasnya, memunculkan dan menghasilkan energi baru yang lebih positif. Agar dapat berbagi meski barangkali sedikit sekali (entah tangis, tawa, atau sebatas senyum simpul saja). Agar bisa memberi manfaat walau itu sekelebat.

Aku menulis maka aku ada. Bermula dari sini hingga ke sana.
Aamiin.


:)


Sleman, March 6th 2015

The Beginning

Mentari bersinar lagi
hangatkan suasana pagi
sinar seterang beri harapan
pada gelagap hati setiap insan

Semua asa; semua cita
kami gantungkan pada-Mu saja
dengan semangat membara tegap
langkahkan kaki menuju-Mu gegap

Robb ..., ridhoilah tiaptiap jejak jari-tangan dan kaki
mencari halalnya rizki
ampuni noktah senoktah noda di hati
kala taubat mengiringi


Sleman, 6 Maret 2015 || 6:56 AM