Potret Keluarga
Oleh: Dini Nurhayati
Pernah ada kehangatan di rumah ini. Setidaknya itu yang berhasil tetangkap rasa hati, tatkala netra melekat pada satu bingkai besar di ruang tengah. Empat anggota keluarga kecil dengan bibir melengkung sempurna.
Di depan si ayah, berdiri si anak gadis. Sedangkan di depan ibu, berdiri si anak lelaki berpipi gembil. Saling memeluk.
“Apa tidak sebaiknya foto itu diturunkan saja, Ma?”
Pa mendekat, menjejeri.
“Hmm, kalau sementara seperti itu dulu, tidak apa-apa, kan, Pa?”
“Sudah sebulan rumah ini menjadi milik kita …,”
“Aku senang melihat raut-raut tulus itu. Meski di hati, sesak pun menyelinap.” Pa mengusap punggungku. “Konon, pernikahan mereka sudah melewati usia perak, sebelum kemudian karam ….”
“Semoga anak gadisnya mengambil ini dalam waktu dekat. Sayang juga bila harus berakhir di tong sampah …,”
“Hm,” anggukku, hening sejenak, “Pa …?”
“Ya …,”
“Kita tak usah memajang foto keluarga, ya?”
“Kau yakin, Ma? Kalau nanti ada anak-anak yang hadir, bagaimana? Tentu kau mau juga ada potret keluarga, bukan?”
“Sepertinya tidak.”[]
End
Sleman, 7 April 2015
____________________
Flashfiction ini diikutsertakan dalam Tantangan Menulis Flash Fiction - Tentang Kita Blog Tour
http://www.redcarra.com/tantangan-menulis-ff-tentang-kita-blog-tour/?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
Sumber gambar: Google
Makasih yah, udah ikutan ^^
BalasHapusSama-sama. Masih belajar ini ^_^
HapusUwaaaa! Ini apaan? Oke-oke muga-muga menang. Say, aku jarang FB-an. Apa kabar teman-teman? Gimana KBMA. Ah. Gak mau excuse. Sukses selalu ya ...
BalasHapusIni sudah ada pengumumannya dan belum berhasil, kependekan agaknya. Mampir lapakku dong, Mba, ;) Allohumma aamiin. :)
Hapus