Sumber: Facebook |
Seorang pejabat tingkat kota mecurahkan segala perhatian pada putra kesayangannya. Terbayang, bila pergi ke suatu tempat dia lah yang selalu teringat. Bila melihat satu kesenangan, dia pula lah yang hadir lewat pelupuk mata, untuk dibawakan ini-itu. Taukah seperti apa gerangan anak ini? Tersebutlah bahwa sikapnya jauh dari santun, acap kali membuat orang tua mengelus-elus dada, ugal-ugalan, dsb. Apa si Ayah kecewa? Sepertinya tak ada di muka bumi ini orang tua yang senang dan tenang-tenang saja melihat anaknya melenceng dari jalur seharusnya. Meski tak tampak di luar, sesungguhnya di dalam remuk redam. Lalu? Ini masalah hati, walaupun kelakuan si anak amboi selalu meresahkan, perhatian dan kasih sayang tetap tak luput untuk diberikan. Apakah dia anak semata wayang? Tidak! Ada putra-putri yang lainnya. Malahan anak-anak si Pejabat yang lain ini bagi masyarakat sekitar - dan bagi orang tuanya tentu - tampak lebih menyenangkan. Selain sikapnya yang penuh sopan santun, prestasi selalu mereka ukir, tak banyak tingkah pula. Lagi-lagi ini masalah hati, ternyata se'hebat' apapun mereka tak membuat porsi kasih sayang si Pejabat bertambah pada mereka. Hmm, mendengar hal ini saya cuma bisa termenung.
Dalam dunia pergaulan, hati juga yang menjadikan si A dekat dengan E dan bersahabat dengan U. Lalu tanpa harus konsperensi pers lagi mereka menjadi satu geng. Termasuk yang terjadi pada individu-individu lain saat mereka merasa lebih cocok bergabung dengan kelompok ini, kumpulan anu, grup itu, dan sebagainya. Terbukti dengan adanya bermacam-macam geng di dunia gaul kita. Kecondongan perasaan dalam hati rupanya memimpin sekali lagi. Maka akan ditemui (misalnya) ada 'geng motor', kelompok diskusi sastra Melayu, fans club Harry Potter, "group Blogger" tertentu, paguyuban penikmat kuliner, dlsb. Apakah yang menyatukan mereka disana? Hati. Ya, dalam bersahabat seseorang bisa memiliki multi geng dalam kesehariannya. Seperti hubungan antara kita dengan d’geng dan teman lainnya. Dan tidak berarti kita melulu bersama-sama terus dengan teman-teman geng ini. Namun dalam hal-hal tertentu entah mengapa pada mereka lah tempat kita berasyik ria mengobrol, saling curhat, jalan2 dan melakukan kegiatan bareng lain. Begitulah bila hati bicara. Hanya bagaimana cara diri kita saja yang pandai mengarahkannya agar hati dapat lebih cenderung gaul dengan geng bermutu. Itulah yang membedakan kekuatan kepribadian kita. Menyadari hal ini, saya pun kembali melamun. Terlintas tanya, bagaimana perasaan kawan lain yang tak kudekap tanpa hati?
Termasuk kisah Rosululloh. Dari seluruh istri Rosululloh saw, Siti Khodijah lah yang paling sering disebut-sebut kelebihan dan kebaikannya. Meski beliau telah lama berpulang ke Rahmatulloh. Sehingga – kita sangat tau dengan kisah ini – menimbulkan rasa cemburu teramat sangat dalam diri ‘Aisyah. Dan diantara para istrinya yang masih hidup (kala itu) ‘Aisyah lah teristimewa, yang mendapat rasa sayang lebih banyak dibanding istri-istri lainnya. Apakah istri Rosululloh yang lain tersebut tidak mempunyai kelebihan? Tidak tentu saja. Ini hanya masalah hati. Bahkan Rosululloh pun memiliki seseorang khusus yang hatinya lebih cenderung padanya. Ya, karena beliau saw pun seorang manusia.
Lalu, salahkah hati jika demikian? Rasanya tak adil mengetahui putra-putri si Pejabat yang berprestasi, hanya diperhatikan ‘ala kadarnya’ oleh ayah mereka. Juga untuk kasus yang sama yang terjadi pada putra-putri lain, dan jumlahnya lumayan. Agaknya tak nyaman di hati saat kita ingin dekat dengan seorang teman, namun ternyata dia tak ‘memilih’ kita untuk menjadi karibnya. Sepertinya ada yang keliru, bila ternyata istri-istri Rosululloh dengan rela dan ikhlas membiarkan ‘Aisyah mendapatkan kesempatan berlama-lama dengan Rosululloh saw lebih dari mereka. Sebentuk pengorbanan akan pemahaman hati. Kedengarannya menyedihkan bukan? Tapi sekali lagi, ini masalah hati. Tidak ada yang salah dengan hati sebagaimana yang terjadi pada cinta. Ini Cuma soal kecenderungan hati. Bila ternyata dari beberapa sisi kehidupan seperti contoh di atas – keluarga, sahabat, teman hidup – sedikit yang cenderung pada kita, tak perlu disalahkan. Protes kecil mungkin kadang terjadi dan bisa dilakukan. Namun jika tak mebuahkan hasil jangan kecewa. Sebisa mungkin pahami saja.
Karena Hati tidak bisa dibohongi rupanya. Sebagaimana kala manusia dihimpit permasalahan hebat luar biasa (dan salah satunya mungkin persoalan diatas), hati secara jujur membutuhkan “the power” yang lebih dahsyat lagi dari bertubi-tubi masalah yang datang. Kekuatan dahsyat yang dapat membantunya. Keluar dari lorong gelap itu. Maka, ketika itu terjadi, hati dengan jujur akan meminta bantuan pada Sang Maha Memiliki Kekuatan tersebut – Alloh swt. Sehingga saat itu, manusia akan spontan ‘memanggil’ Robb-nya. Lalu bersimpuh. Menundukkan kepala. Mengalunkan permohonan lewat lantunan doa-doa panjang ditemani linangan air mata. Satu saja harapannya: agar satu-satunya tempat kepada siapa hatinya cenderung mengarah berkenan mengabulkan “proposal” si pemohon. Entah itu penyesalan dari sebuah kesalahan, penantian cinta ataupun pengharapan akan sebuah cita-cita. Wallohu’alam bishshowab...
~salah satu tafakur diri ...~
Cirebon, 12 Agustus 2017
#ODOP12
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia
Blogger Muslimah