Menemukan
Kembali Pesona Gua Sunyaragi
Sempat terlupakan
keberadaannya, Gua Sunyaragi yang terletak di Jl. Brigjen Dharsono Kota Cirebon
pernah mengalami masa “tidak terurus”. Bersyukur, aset budaya sekaligus
peninggalan sejarah yang menjadi salah satu ikon Kota Cirebon ini berhasil diaktifkan
kembali sebagai tempat tujuan wisata.
Dari Tiongkok, jejak yang
paling kerap ditemukan adalah berupa peninggalan porselen-porselen cantik. Dengan
aneka bentuk seperti mangkuk, piring kecil, teko-teko, cangkir-cangkir berbagai
ukuran hingga guci-guci yang digunakan sebagai tempat penyimpanan. Tidak ketinggalan
dengan segala macam gerabahnya. Perangkat alat-alat tersebut tentu saja menjadi
spesial bukan semata sebab bentuknya. Namun, dikarenakan motif atau
gambar-gambar yang menghiasi alat-alat makan, minum pun perjamuan itu. Semua mata
yang memandang pasti setuju, jika daya tarik pada porselen itu adalah
lukisan-lukisan alam negeri Tiongkok yang mengabadi di sana. Membuat siapapun
yang melihat turut membayangkan indahnya suasana di sana. Dalam bahasan lain,
hal ini merupakan cara apik bangsa Tiongkok saat itu untuk mengenalkan pada
dunia tentang mereka dengan menjadikan porselen khasnya sebagai pemikat dan
penarik perhatian. Dan kemudian berimbas pula pada pola kegiatan masyarakat Indonesia,
pada tulisan ini Cirebon khususnya. Hingga sekarang, kerajinan membuat gerabah
dan menjadikannya sebagai komoditas ekonomi daerah.
Dari unsur Melayu atau nusantara, kita akan sangat mengenal saat menemui gapura-gapura. Coba sekarang bayangkan, bagaimana bentuknya? Di benak pembaca dengan sendirinya akan muncul dua pilar batu bata yang tampak seperti sayap itu. Rata-rata gapura atau gerbang hampir setiap bangunan wilayah Jawa di Indonesia kurang lebih memiliki pola yang sama, biasanya hanya asda perbedaan sedikit di bagian lekukan-lekukan.
Kembali mengunjungi Gua Sunyaragi yang bernama lengkap Taman Sari Gua Sunyaragi, kita akan mengagumi bangunan luas dengan gua-gua tersebar tersebut, merupakan gabungan dari berbagai unsur-unsur kebudayaan negeri lain. Para wali, leluhur pun hingga para Sultan penguasa dahulu sangat tahu menempatkan diri bagaimana berterimakasih dan memberi kesan timpal balik pada kehadiran orang dari luar. Tentunya dengan tetap mempertahankan jati diri bangsa sendiri yang sesungguhnya.
Dinu KW
Cirebon, 10 Januari 2022