" ... . Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."
(Penggalan kalimat akhir dari Al-Quran surat Al-Hadid ayat 20)
Sudah sunnatulloh manusia diciptakan sebagai makhluk yang tak bisa lepas dari khilaf, melakukan salah, dan cenderung suka berbuat kesenangan dalam hidup ini.
Dan penggalan dari ayat di atas, barangkali telah sekian kali sampai ke telinga. Barangkali dari kajian di masjid, khutbah salat Jumat, atau taushiyah (ceramah skala kecil) di acara-acara sederhana tertentu. Namun, begitulah, sekian kali pula hal pengingat tersebut berlalu dan terlupa. Selesai begitu kita pun melenggang dari tempat disampaikan nasihat tersebut. Seolah kematian hanya 'ada' di sana.
Memilukan hati diri sendiri juga. Betapa diri ini teramat kerdil. Lalu, bila kemudian benar-benar terjadi--tepatnya bisa kita sadari-ketahui--jika waktu yang tersedia untuk kita menapak, bernapas di dunia ini tinggal 8 hari lagi, apa yang akan dilakukan, wahai diri?
3 Hari Pertama
Mencari sekaligus mencatat segala hutang. Berupa janji kah, materi kah, semua diusahakan diingat. Selanjutnya mungkin saya hanya dapat berwasiat pada anggota keluarga dewasa, jika saya masih memiliki beberapa hutang. Memberikan catatan tersebut.
Memberitahukan 'materi fana' yang saya miliki untuk nanti dibayarkan. Mungkin juga sembari meminta apabila kekurangan, tolong digenapi. Mohon keikhlasannya. Merepotkannya diri ini ya ....
4 Hari Berikutnya
Hanya akan meminta maaf, maaf, maaf dan maaf pada, khususnya keluarga, sanak famili. Mohon disampaikan pula pada kerabat, sahabat lain. Mohon bersedia mengikhlaskan segala khilaf semasa hidup. Apakah menyakiti melalui lidah, lidah, lidah, perbuatan, pikiran kotor yang terlintas begitu saja tanpa direncanakan maupun yang ada skenarionya.
1 Hari Selanjutnya
Mempersiapkan kain kafan, dan semua hal. Meminta bantuan pastinya. Sembari memohon maaf, maaf, maaf telah sedemikian merepotkan.
Pada saat hari itu tiba, semoga saja lidah ini tidak kelu pun kaku menyebut asma Alloh, laa ilaha illa Alloh.
Astagfirullohaladhiim. Betapa tulisan ini pun barangkali kelak akan diperlihatkan kembali. Apakah tujuanmu yang paling hakiki saat menuliskan ini duhai diri?
Diikutkan pada lomba ini
semoga dengan selalu mengingat kematian, kita jga dapat meningkatkan kualitas diri dalam berbuat baik ya mbak hee
BalasHapussukses untuk lombanya ya mbak Dinu ^_^
Seyogyanya begitu yaa. Tapi tetep..itu yg namanya lupa diri suka bertandang
HapusAamiin. Eh, saya kemarin jg komen di blognya Ka Rahma, muncul tdk ya? ^^
Mengingat kematian akan meringankan langkah
BalasHapusMengingat kematian akan meringankan langkah
BalasHapusBenar, cenderung lebih 'santai' memikirkan materi dunia jg mungkin ya...
HapusTerima kasih, sdh mampir Mba Enny, salam kenal :)
terimakasih sudah mengingatkan mbak, sungguh ayat yang tepat untuk menggambarkan kehidupan di dunia yang hanyalah tipuan jika kita menyadarinya.
BalasHapusTurut meriuhkan suasana, Mba. Agak telat soalnya nih, he. Alhamdulillah bila tetap ada manfaatnya. Terima kasih juga sdh mampir, Mba Napitulu, salam kenal :)
HapusTerimakasih tulisannya Mba , Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin
BalasHapusKembali kasih. Aamiin. Pun untuk Mba Namora, sukses-lancar GA-nya :)
Hapus